Lihat ke Halaman Asli

Rinnelya Agustien

Pengelola TBM Pena dan Buku

Ngobrolin Badak Kalimantan di Pasar Kelandasan, Balikpapan

Diperbarui: 13 Maret 2018   10:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pak Yuyun sedang memberi penjelasan badak Sumatera

Semalam untuk keduapuluh kalinya, Ruang Baca Pena dan Buku mengadakan Selasar (sharing pengalaman di pasar), kali ini mengangkat judul "Badak di Tanah Kalimantan". Selasar kali ini adalah inisiasi dari teman teman Earth Hour (EH) Balikpapan yang penasaran banget dengan badak Kalimantan.

Rudi, teman dari EH yang pertama kali menghubungi saya memberitahu isu mengenai badak Kalimantan, dia juga yang sibuk bolak-balik menguhubungi narasumber yaitu Bapak Yuyun Kurniawan, Koordinator Konservasi Badak Nasional WWF. "Wah ini mah bakalan kece banget selasarnya," batin saya dalam hati ketika diberitahu siapa narsumnya.

Hampir semua orang terperangah kaget pas dikasih tau bahwa di bumi Borneo ada badak, aku pun juga. Karena setauku badak itu ada di Sumatra dan di Ujung Kulon. Ternyata dari dahulu kala sudah ada badak di kalimantan, cuma memang tidak ter-publish. Masyarakat yang tinggal di pedalaman sudah dari dulu mengetahui ada badak di hutan, namun karena tidak pernah ada yang bertanya ya mereka diam saja. Nah baru baru ini di tahun 2014 penampakan badak terlihat di kamera tangkap di hutan Kalimantan Timur. Jadi cerita cerita yang beredar di masyarakat pedalaman benar adanya. 

Dua puluh ribu tahun yang lalu dataran Sumatera dan Kalimantan menyatu sehingga banyak spesies hewan dan tumbuhan yang ada di Kalimantan juga ada di Sumatera. Namun spesies yang ada di Kalimantan cenderung lebih kecil badannya dari yang ada di Sumatera. Hal itu dikarenakan mineral di Sumatera lebih banyak, hal ini terkait dengan banyaknya gunung berapi di Pulau Sumatera. Begitu penjelasan dari Pak Yuyun mengawali diskusi mengenai Badak Kalimantan. Apakah badak kalimantan jenis baru, ternyata bukan. Badak Kalimantan adalah badak Sumatera yang ada di Pulau Kalimantan.

"Populasi badak tinggal sedikit, kurang dari 100," papar Pak Yuyun. Badak Sumatera tersebar di bagian utara di Hutan Nasional Leuseur dan di bagian selatan di Hutan Nasional Way Kambas. Karakteristik badak Sumatera mereka ada di dataran tinggi, di daerah pegunungan hal ini pula yang membuat mereka lebih aman daripada saudaranya di Ujung Kulon. Karakteristik badak di ujung kulon ada di dataran rendah, meskipun ada di Hutan Nasional, hal itu tidak berarti mereka aman, karena lokasi Ujung Kulon rawan tsunami dan juga banyaknya pembukaan lahan membuat kondisi mereka terancam. Bagaimana yang di Kalimantan? Badak Kalimantan hidup jauh di dalam hutan namun pembukaan lahan kelapa sawit dan eksplorasi tambang membuat kondisi mereka terancam. 

Badak adalah hewan soliter yang hidupnya sendiri sendiri bukan bergerombol, usia hidup mereka di kisaran 35-40 tahun. Dalam sepanjang hidupnya badak betina bisa memiliki anak sebanyak 4-5, itu dikarenakan lama bunting badak betina 15-17 bulan. Badak memang bukan hewan yang gampang jatuh cinta, tidak seperti kucing jantan yang mure, gampang suka sama betina. Bila waktunya tidak pas yang ada bukannya kawin malah berantem. Badak juga hewan yang mudah stres, jadi kalo di hutan ada badak yang ginuk-ginuk sehat berarti hutannya masih alami itu belum ada dentuman suara bom eksplorasi tambang, belum ada suara gergaji logging kayu, belum ada suara deru mobil yang masuk hutan.

"Sebenarnya apa yang dikhawatirkan kalau badak hilang dari muka bumi ini? Badak adalah hewan penjelajah, sehari dia bisa jalan sejauh 20 Km. Badak adalah hewan herbivora browser yang artinya dia tidak hanya memakan rumput namun juga ranting-ranting pohon, beda dengan kuda yang tipe grasser yang hanya makan rumput. Kotoran badak menyimpan benih benih tanaman yang beragam, lalu ditambah dengan daya jelajah yang tinggi, badak berperan besar dalam penyebaran benih tanaman di hutan, sehingga keanekaragaman hayati tetap terjaga," jelas Pak Yuyun malam itu. 

Saat ini kebijakan pemerintah dalam bentuk undang undang sangatlah penting sebagai upaya peningkatan populasi badak, baik itu pemerintah tingkat daerah maupun pusat. Sebenarnya kalau dipikir-pikir kan tinggal buat undang undang dan sediakan aparat keamanan untuk menjaga hutan nasional dan daerah konservasi. Tapi ternyata tidak semudah itu, buktinya hutan nasional belum aman dari pemburu liar, dan perambahan lahan menjadi kebun dan sawah.

Pak Yuyun cerita, kalau di Nepal hutan nasionalnya dijaga oleh tentara, ada pos-pos yang dijaga oleh tentara untuk mengamankan hutan nasional dari pemburu liar. Bagaimana di Indonesia? Yaa bisa dibaca sendiri kasus pemburuan liar yang ada di surat kabar dan media online. Cula badak adalah bagian dari badak yang sering diburu. Cula badak diyakini sebagai ramuan obat tradisional yang banyak diminati oleh China dan Vietnam. Namun ternyata setelah diteliti cula badak hanyalah gumpalan keratin seperti halnya kuku manusia. Belum terbukti khasiat cula badak seperti yang diyakini oleh mereka yang meyakininya.

suasana Selasar. Dok.pribadi

Memang dilema, kalau dihitung dari sisi ekonomi tentu lebih menguntungkan bila lahan dijadikan lahan sawit atau tambang daripada dibuat konservasi badak yang jumlahnya hanya beberapa ekor, namun dari sisi ekologi tentu hal ini sangat merugikan. Lalu bagaimana solusinya? Pak Yuyun menjabarkan langkah selanjutnya yaitu membuat konservasi untuk badak Kalimantan di lahan bekas perusahaan tambang yang sudah tutup. Perusahaan tersebut memiliki lahan seluas 6000 hektar, di mana 1000 hektar dipakai untuk tambang dan 5000 hektarnya dibiarkan alami. Pada akhirnya makhluk hidup lainnya memang harus mengalah untuk kepentingan manusia.

Seorang teman berpendapat bahwa WWF telah gagal menyelamatkan badak, kemudian pendapat ini ditanggapi santai oleh Pak Yuyun. "Saya suka pernyataan ini, membuat kami di WWF menjadi lebih dinamis," dia tidak menyangkal pendapat namun juga tidak menyetujuinya. Menurutnya pernyataan tidak suka dari teman ini, membuatnya menjadi berpikir lebih keras lagi bagaimana langkah selanjutnya. 

Semalam juga ada launching buku tentang Badak Kalimantan yang ditulis oleh dosen Universitas Mulawarman. Beliau menyatakan bahwa buku yang ditulisnya adalah buku terlengkap ketiga yang berbicara mengenai badak. Untuk memesan buku Badak Kalimantan, bisa DM ke instagram beliau @papajeka77. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline