Lihat ke Halaman Asli

Skala Prioritasnya Benar = live in harmony

Diperbarui: 25 Juni 2015   07:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

thinking

[caption id="" align="alignright" width="292" caption="thinking"][/caption] Demo alias protest alias menyampaikan aspirasi sebenarnya adalah hal yang wajar dalam demokrasi kata pak SBY dan para tokoh dunia. but bagi saya .." 80% mubazir and wasting time" cuma 20% yang effective dan saya tidak yakin kalau 90% yang hadir pada demo benar benar mengerti buat apa mereka mendemo. saya sangat percaya kalau kekuatan pikiran positif bisa menjadi suatu energy positif yang sangat besar dalam merobah Rakyat di Republik ini. Saya bisa dikatakan tidak peduli dengan kenaikan harga BBM dan sangat mendukung minimalisasi penggunaan BBM bagi kepentingan pribadi yang berlebihan. Rakyat Repulik tercinta sudah sangat salah, pola hidup dan skala prioritas yang ada dalam benak 90% masyarakat negri ini sangat melenceng, Pada waktu SD saya diajarkan mengenai penempatan skala prioritas kebutuhan mulai dari kebutuhan primer, secunder dan tertier. Kebutuhan primer adalah makanan dan minuman serta tempat tinggal dan kesehatan menurut saya but coba liat gaya hidup masyarakat Indonesia saat ini saya sangat setuju dengan menaikan uang muka kendaraan bermotor roda dua menjadi minimal 20% kalau bisa menjadi minimal 50% sekalian dengan catatan pemerintah harus memperbaiki sarana transportasi umum dan BBM bagi fasilitas tersebut yang disubsudi Cuma Indonesia ibu kota di Negara Asia yang tidak memiliki railway dari pusat kota ke Bandara dan betapa macetnya jalan tol menuju bandara. Aneh memang, kalau semua berpikir menyalahkan tapi masing - masing lupa kalau dalam hidup harusnya ada perencanaan dan skala prioritas kebutuhan. Makan dan Minum dulu baru kendaraan, bukan sebaliknya dan saran saya jangan pernah nonton sinetron...he..he..kenapa ? karena sangat merusak cara anda berpikir... Nah sekarang bagaimana cara kita merobah dan memaksimalkan gaya hidup dari gaya hidup "latah' ke pola hidup yang sangat terarah. sangat gampang...buat catatan dan aturan tentang apa yang akan kita dapat serta apa yang akan kita belanjakan. kemudian pilih bagian yang menjadi "kebutuhan" dan yang menjadi "tidak butuh" hindari semua gaya - gaya-an dan tanamkan di pikiran kita kalau seseorang yang berhasil adalah orang yang bisa menempatkan sesuatu sesuai KEBUTUHANnya dan seseorang yang gemar BERBAGI bukan mereka yang latah dengan merk dan pencitraan. have a nice day :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline