Pada awalnya, 29 Desember 2019, rumah sakit di Wuhan, Provinsi Hubei, Cina melaporkan wabah berat dari virus pneumonia yang belum bisa dijelaskan. Kemudian, 8 Januari 2020 patogen dari wabah ini diidentifikasi sebagai Novel Coronavirus 2019 (2019-nCoV) dan sequence genetiknya diberikan ke WHO. Pada 30 Januari 2020, WHO mengumumkan Novel Coronavirus Pneumonia (NCP) sebagai Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) atau Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Yang Meresahkan Dunia (KKMMD).
Pada 12 Februari 2020, International Committee on Taxonomy of Viruses (ICTV) mengumumkan 2019-nCoV dengan nama Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) dan pada hari yang sama WHO mengumumkan penyakit yang disebabkan oleh SARS-CoV-2 diberi nama Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). Hingga kemudian, 11 Maret 2020, WHO mengumumkan COVID-19, sebagai pandemi global.
Belajar dari SARS dan MERS
Hari ini kita sedang mengalami pandemi COVID-19 yang disebabkan oleh coronavirus. Selama dua dekade terakhir, kita telah mengalami dua kali epidemi coronavirus Coronavirus dengan jenis yang berbeda juga pernah menyebabkan epidemi SARS pada tahun 2002 dan MERS pada tahun 2012. Pada tahun 2002-2003, di provinsi Guangdong, Tiongkok terjadi Kejadian Luar Biasa SARS. Total kasus 8.096 tersebar di 32 negara dengan 774 kasus kematian. Penyebabnya juga coronavirus yang disebut SARS-CoV.
Pada tahun 2012, coronavirus jenis baru muncul di Timur Tengah dengan nama MERS-CoV. Tidak mudah menular dari manusia ke manusia. Total kasus 2.494. namun angka kematiannya mencapai 34,4%. Sebesar 858 pasien meninggal. COVID-19 memiliki tingkat infektivitasnya lebih tinggi. Oleh karena itu, kita tidak boleh meremehkan pandemi ini kawan-kawan. Hingga akhir Mei, sudah lebih dari 5,8 juta orang terinfeksi dengan jumlah kematian lebih dari 360 ribu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H