Lihat ke Halaman Asli

inkamilariski

LIFE IS GOES ON, SO ENJOY YOUR LIFE

Analisis Kehadiran Perusahaan Multinasional sebagai Representasi dari Kapitalisasi terhadap Buruh Perusahaan

Diperbarui: 10 Maret 2020   22:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Film "The Rules of the World" yang dikemukakan oleh John Pilger ini sangat menarik dan perlu ditonton terkhususnya kalangan akademisi dan mahasiswa hubungan internasional . film ini tidak hanya menceritakan sejarah kelam yang kemudian mengantarkan perusahaan multinasional ini hadir di tengah masyarakat kita, dalam hal ini Indonesia. 

Tetapi beliau juga menjelaskan hiruk pikuk keadaan masyarakat di tengah kehadiran perusahaan multinasional ini yang dirasakan oleh masyarakat hulu hilir Indonesia.

Secara tidak sadar, produk-produk yang kita kenakan dalam kehidupan sehari-hari misalnya merk Nike, GAP, Reebook, yang secara normatif kita tidak tahu bahwa dibalik produk branded yang kita kenakan itu, ternyata telah melewati proses yang tidak mudah dan mengeluarkan tetesan keringat yang keluar dari para buruh dalam memproduksi barang tersebut sehingga saat ini kita dengan mudah mengenakan barang branded dengan merk diatas. 

Buruh yang dipekerjakan seperti layaknya mesin yang tanpa henti beroperasi, dengan jam kerja yang tidak mengenai jeda, bekerja kebut dan harus terselesaikan dengan acuan dadakan ekspor dan permasalahan terbesar adalah upah buruh yang kecil. 

Perlindungan buruh yang gemar dikampanyekan oleh perusahaan multinasional ini sebagai kode etik mereka. Dalam kenyataannya kode etik tersebut tidak berlaku di republik ini, bahkan buruh perusahaan pun tidak mengetahui aturan perusahaan yang ia dedikasikan. 

Ketika organisasi buruh menuntut atas substansi keadilan yang dibawa, justru tidak mendapat respon baik dari pemerintah. Aparat kepolisisan yang kemudian menindaklanjuti aksi organisasi buruh tersebut. 

Perusahaan multinasional pun semakin leluasa untuk bertingkah sesuai keinginan dan kalkulasi kapitalisnya. Kondisi masyarakat kita yang mau tidak mau harus bekerja sebagai buruh perusahaan karena dilatarbelakangi perekonomian rumah tangga yang tidak terpenuhi.

 Menurut mereka, bekerja adalah usaha yang dilakukan untuk memperoleh uang yang kemudian dapat menghidupi kehidupan mereka. Bekerja sebagai buruh perusahaan adalah salah satu solusi dari pada harus menganggur. Mereka bekerja dengan instruksi perusahaan dan tidak ingin menentang kebijakannya karena ketakutan akan ancaman hukuman. 

Permasalahan di atas hadir dari globalisasi yang mengantarkan kita pada ruang dunia yang Borderless, Negara maju mulai berotoritas di negara kita. Indonesia, seolah negeri ini adalah negaranya. 

Sebagai hasilnya perusahaan negaranya yang berinverstasi di Indonesia. Masuknya perusahaan multinasional ini dapat dikatakan sebagai produk globalisasi. Ketidakberdayaan akan sumber daya alam di negara maju membuat ambisi besar dan menargetkan negara dunia ketiga untuk dikeruk hasil buminya dengan teknologi canggih yang mereka miliki, dalam hal ini Indonesia. 

Globalisasi yang hadir di Indonesia di mulai dari rezim Soeharto dengan model kepemimpinan diktaktornya. Di dalam film ini dijelaskan bahwa Soeharto disponsori oleh Amerika Serikat dan Inggris, di mana kedua negara ini mulai membantu presiden Soeharto dalam mengeluarkan kebijakan nya dan membuat model perekonomian layaknya seperti Amerika Serikat. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline