Lihat ke Halaman Asli

Bobby Junaidi

Pengarang Apa Saja

Sengaja Apa Engga

Diperbarui: 18 Desember 2018   15:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Waktu aku jatuh cinta padamu, sensasinya aneh tapi asik. Kalau harus dijelaskan berapa besar kadarnya di dalam emosi, pokoknya asik dah. Jangankan melihatmu senyum. Kamu marah pun aku suka melihatnya. Suwer

Apa betul begitu rasanya kalau lagi jatuh cinta. Bisa iya, bisa juga engga. Lalu, seberapa penting pacaran itu dalam hal perjodohan ?

 Ada yang bilang, pacaran itu penting guna mempersiapkan diri menghadapi kelakuan pasangan jauh hari ke depannya. Tapi, ada juga yang teriak keras kalau soal ini haram dikerjakan lantaran mepet-mepet zina baik kering atau basah.

Di bagian lain, ada yang mempertanyakan bedanya Orang Barat dan Orang Melayu dalam hal pacaran.

Di kampus, pernah ada obrolan soal bagaimana film diproduksi. Salah satu pandangan mengatakan bahwa film bisa berisi informasi tentang hal-hal yang terjadi di dalam masyarakat. Namun, bukan tidak mungkin juga isinya upaya merubah perilaku pemirsanya.

Dalam film-film drama yang diproduksi Paman Sam, sering ditampilkan kalau sejoli memberi salam perpisahan atau ucapan selamat datang berupa ciuman di bibir kekasihnya. Tak jarang, ciuman dalam film justru kelewat panas dan membuat sedikit deg-degan.

Bisa jadi, begitu cara orang barat bagian Amerika Serikat pacaran. Jangankan ciuman yang ga sampe telanjang. Bikin film porno pun dibolehkan di sana asal sesuai syarat.

Lantas, apa semua Orang Barat begitu ? Coba saja simak film-film buatan mereka dari semua negara-negara barat. Di sana pasti ada jawabnya.

Kedua orang tuaku, orang Betawi. Lahir di daerah bernama Kampung Baru, kemudian berubah jadi Warung Buncit 1 sampai 12, sekarang menjadi Mampang Prapatan, Jakarta Selatan.

Entah kenapa sebagai orang Betawi, kami tidak menggunakan sebutan Enya' Babe. Tapi yang jelas, Papa dari Buncit 12, Mama dari Buncit 8.

Menurut salah satu pemerhati budaya Betawi, bahasa komunitas ini berasal dari Melayu yang dipakai di Batavia sebagai bahasa pengantar di antara pedagang dari seluruh penjuru dunia. Makanya, nama lain dari bahasa Betawi ya Melayu Pasar. Jadi bolehlah saya ceritakan tahap asmara antara Papa dan Mama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline