Lihat ke Halaman Asli

Iman Nimatullah

Fulltime father

Si Kokom Naik Haji

Diperbarui: 16 Juli 2019   22:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Betapa gembiranya hati Komariyah, alias Kokom alias Marry, begitu ia keluar dari ruangan dingin kantor Bank Syariah. Ia baru saja membayar setoran pelunasan haji. Diletakkannya bukti lunas itu dengan hati-hati sekali ke dalam map plastik lalu dimasukkannya ke dalam tas. Kokom ingin segera sampai rumah. Ia ingin memberikan kejutan kepada Babehnya, Kokom yang hanya seorang receptionist di perusahaan pelayaran, bakal naik haji !

"Babeh, Kokom mau kasih kejutan", Kokom memulai pembicaraan sambil mengaduk teh manis panas untuk Babehnya.

"Wah, kejutan apa Kom?"

"Kokom mau berangkat haji"

Lelaki Betawi separuh abad yang setiap jumat dan sabtu melatih Silat Beksi ini tentu saja kaget bercampur bangga. Tangan kekarnya memeluk anak perempuannya dengan penuh cinta.

"Kokom hebat, Babeh bangga banget. Bagaimana caranya?"

Terus terang, Babeh tidak menyangka kalau anaknya bisa berangkat haji. Belum lama Babeh baca berita kalau naik haji itu antrinya lama sekali. Sekarang ini antrian di Jakarta sudah sampai 18 tahun. Sementara yang berangkat tahun ini adalah mereka yang sudah mendaftar 10 tahun yang lalu.

"Gaji pertama Kokom dipakai untuk buka tabungan haji di Bank Syariah. Selanjutnya setiap bulan Kokom sisihkan untuk menambah saldonya. Kata Ustadzah Rohimah, niat itu kudu dibarengin ama tindakan. Yang penting siapin wadahnya dulu, entar Allah yang penuhin. Alhamdulillah, tiap kali dapat THR, uang cuti, bonus, Kokom pasti pisahin buat nabung haji" Demikian penjelasan Kokom menirukan apa yang ia dapatkan dari Ustadzah pengajian Jumat sore di masjid dekat rumah.

Mata Babeh berkaca-kaca. Terharu karena anaknya yang dahulu begitu manja tak lama lagi akan menjejakkan kakinya di tanah suci. Tergugu malu karena dirinya hingga seusia ini belum jua berkesempatan menyentuh kiswah selimut ka'bah yang selama ini hanya bisa ditatapnya dalam rajutan sajadah. Mungkinkah dirinya masih kotor penuh debu keangkuhan hingga Sang Pemilik Tanah Suci tak sudi menerimanya? Ataukah karena syaitan yang lebih dominan menahan hatinya untuk tidak segera bergerak menunaikan panggilan suci Tuhan?.

"Babeh kenapa?"
Kokom menyadarkan lamunannya. Tangannya menutup mata yang sudah mulai rabun. Lelaki biasanya menangis dengan menutup matanya karena pangkal dosa lelaki cenderung berasal dari mata. Sedangkan kaum hawa biasa menutup mulutnya saat menangis karena mulut mereka cenderung lebih banyak keluar kata mengandung dosa. Demikian kata sebagian ahli jiwa.

"Malam Jum'at nanti Babeh mau undang warga ke rumah"
"acara apa Beh"
"Tahlilan sekalian walimatussafar, mendoakan Kokom dilancarin ibadah hajinya"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline