Sedulur Papat Limo Pancer (Bagian Pertama)
Istilah Sedulur Papat Limo Pancer mungkin sudah tidak asing lagi bagi sebagian orang Jawa karena sering diturunkan dari orang tua kepada keturunannya sejak zaman dahulu. Sebutan Sedulur Papat Limo Pancer berasal dari bahasa Jawa, namun konsepnya terdapat hampir di setiap wilayah nusantara dengan berbagai sebutan seperti khodam, pendamping, atau yang berhubungan dengan makhluk astral. Istilah Sedulur Papat Limo Pancer berarti empat bersaudara, lima sebagai pusatnya. Di sisi lain, berdasarkan konsepsi Jawa, istilah itu berarti kesatuan bentuk wujud manusia ketika manusia dilahirkan di bumi.
Singkatnya, dalam sejarah Jawa, orang menggunakan istilah Sedulur Papat Limo Pancer untuk menggambarkan bahwa ketika seorang manusia lahir, empat saudara manusia itu juga lahir. Sebutan Sedulur Papat Limo Pancer digunakan oleh penganut Kejawen sebagai peninggalan budaya karya Sunan Kalijaga pada abad ke-15 dan ke-16. Istilah tersebut konon pertama kali ditemukan dalam Suluk Kidung Kawedar, Kidung Sarira Ayu pada bait 41-42. Sedulur Papat Limo Pancer dianggap sebagai satu kesatuan yang berinteraksi dalam diri manusia yang terdiri dari:
a.) Adhi Ari-Ari
Adhi Ari-Ari atau disebut plasenta. Adhi dalam bahasa Indonesia berarti adik, yakni sebutan untuk ari-ari yang keluar setelah bayi dilahirkan.
b.) Pancer
Pancer atau yang biasa disebut sebagai tubuh wadah. Artinya diri itu sendiri.
c.) Kakang Kawah
Kakang Kawah, yang disebut cairan ketuban adalah air yang membantu seorang manusia dilahirkan ke bumi. Orang Jawa menyebutnya kakang karena keluarnya cairan ketuban untuk pertama kalinya, yang berarti kakak.
d.) Puser atau Pusar
Puser atau pusar yang berarti tali plasenta. Dalam arti itu, ibu dan anak dihubungkan oleh tali plasenta, yang membuat mereka lebih kuat. Selain itu, tali plasenta tersebut memberikan nutrisi dari ibu kepada bayi dalam kandungan dan juga berperan dalam menjamin kelangsungan hidup bayi.
e.) Getih
Getih dalam bahasa Indonesia artinya Darah. Getih juga melindungi bayi saat berada dalam kandungan.
Kelima hal tersebut merupakan pusat kehidupan ketika seseorang dilahirkan ke bumi. Orang Jawa percaya bahwa kelima hal ini perlu diselaraskan agar kita manusia menjadi satu kesatuan yang utuh.