Lihat ke Halaman Asli

Syarwan Edy

@paji_hajju

Catatan Kecil Beralaskan Batu Nisan

Diperbarui: 14 Juni 2022   13:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Sumber foto: https://www.instagram.com/p/CenCh8qpRM3/?igshid=YmMyMTA2M2Y="

Dari Nabila untuk A Erill

Mencari kabar di beranda takdir dengan penuh harap
Di ujung kata sebaris gerimis menghujam nurani nan berapi-api
Tentang empat belas hari tak berkabar tuk merengkuh rindu
Untukku datanglah walau sedikit saja kelam dalam mimpi
Pada luas sungai yang membentang ku lepaskan doa baik sepanjang hari tanpa ragu juga gerutu debar

Harapan kosong mencoba tegar di tengah banyaknya isak tangis
Hilang dari pandangan setelah kabarmu sudah tiada
Penantian ku terjawab ia terbata-bata menerjemahkan bahasa perpisahan antara rangkul dan lara
Di atas langit ku raba bayangmu menciptakan bahagia walaupun tak mudah
Di bawah derasnya air mata ku termenung membayangkan kisah penuh makna
Suara dari bibirku tertahan melihat dikau terbaring kaku didepan mata

Pergi menjauh, kenapa secepat ini?
Bersatu hingga mati, dimana janji-janji itu?
Berucap saling percaya, mengapa ini semua yang terjadi?

Dalam hati terselip banyak tanya tentang akhir cerita cinta kita
Keinginan bersama hanya sebatas agan kita dua insan menjalin kasih memaafkan kepergian begitu cepat
Meski tidak terbalaskan kucoba mengabarkan isi hatiku pas tepat didekat sisimu yang terbujur bisu
Aku bahagia selama ini terimakasih sudah mampir ke hati dan memberikan perhatian dengan tulus
Terimakasih sudah menjadi warna sangat indah dalam hidupku baik suka maupun duka

A Erill, orang yang sangat kucintai ia kekasih idaman dengan senyum tipis dan aura wajahnya menyejukkan banyak hati.
Lelaki pemberani, gagah serta perkasa dalam mengejar mimpi juga penuh iman dan taqwa.
Sayang, aku rindu tentang penguatan mu disaat aku bimbang dengan diriku sendiri.
Ril, terimakasih untuk setiap pelajaran berharga yang kamu berikan padaku sebagai bekal mengarungi lautan kehidupan.
Cinta, kamu adalah nada terindah yang pernah aku kenal.

Di depan keranda aku memanggil namamu tergiang merdu meski kadang lisan ini kelu hanya kesabaran menyatukan kita kelak entah kapan waktunya tiba.
Kang, kehilangan mu tanpa aba-aba juga pamit membuatku luluh lantak dan sesak dalam dada.
Akang, rindu tetap basah kuyup ia bersemayam liar di ayat-ayat cinta bersimpuh pasrah penuh tabah.
Pintaku; semoga kamu bisa merasakan rinduku karena ku terlihat kurang waras saat merindui mu.

A Erill, tanpamu aku telah ikhlas tersedu-sedu sambil memegang papan nama yang sudah bertuliskan namamu.
Ku taburi bunga melati sebagai tanda salam perpisahan kita, di makammu tidak ada yang tersisa selain kehilangan dirimu.
Tanpamu, duniaku berubah.
Kamu adalah kekuatanku sekaligus kelemahan ku. Kamu segalanya.

Sayang, terimakasih, terimakasih dan terimakasih tak terhingga. Setelah kita bertemu kembali, aku mencintaimu selalu walau beda rumah, beda alam. Kamu bagian dari pemberian Tuhan paling aku syukuri. Cintaku, selamat jalan. Kasihku, selamat tinggal. Kuharap kita kelak kita bertemu lagi di tempat yang lebih kekal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline