Arus balik kembali menjadi salah satu tantangan bagi para pemudik. Bagaimana mengantisipasi pemilihan jalur balik buat pemudik? Teknologi memberikan pemantauan jalur yang dapat menjadi pertimbangan bagi pemudik.
Dengan adanya pemantau jalur ini, para pemudik dapat memilih jalur yang dianggap tepat, sehingga dapat mempetinggi peluang antisipasi kemacetan dari perjalanan yang ditempuh.
Studi Kasus Jumlah Arus Mudik dan Balik Lebaran 2022
Peningkatan arus mudik meningkat sangat signifikan di lebaran 2022 ini. Peningkatan yang terjadi tidak tanggung-tanggung, mencapai 56 kali lipat dibandingkan tahun sebelumnua.
Angka ini mengacu kepada data pemudik tahun 2021 tercatat sebanyak 1.5 juta orang, sementara di tahun ini jumlah pemudik masa lebaran menembus angka 85 juta orang[1].
Artinya diperkirakan Lebih dari 30% penduduk Indonesia melakukan mobilisasi antar kota dimasa lebaran ini.
Wajar saja di masa arus mudik dan arus balik, tantangan para pemudik adalah bagaimana mengantisipasi pemilihan jalur yang tepat, sehingga pemudik dapat mengantisipasi dengan meminimalisasi pemilihan jalur yang dianggap beresiko tinggi.
Lalu bagaimana teknologi digunakan pemudik untuk melihat perkembangan kepadatan jalur yang ditempuhnya? Misalnya melihat situasi jalur sangat padat maupun jalur padat yang tehenti aliran lalu lintasnya. inilah permasalahan yang harus diantisipasi pemudik. Bagaimana sikap pengemudi ketika menemukan jalur sangat padat atau malah terhenti akibat situasi-situasi yang ditemukan dilapangan.
Permasalahan Kepadatan Arus Lalu Lintas
Permasalahan jalur sangat padat adalah situasi yang lumrah ditemukan ketika terjadinya mobilisasi kendaraan yang sangat tinggi. Ketika mobilisasi tinggi, probabilitas terjadinya kemacetan juga mengiringi peluang permasalahan yang timbul.
Kemacetan lalu lintas diartikan sebagai situasi atau keadaan tersendatnya jalur transportasi kendaraan di jalan raya [2]. Kemacetan berpotensi terjadi diantaranya disebabkan oleh kendaraan yang melalui suatu jalur mencapai nilai melebihi toleransi normal.