Lihat ke Halaman Asli

Dr. Jack Febrian Rusdi

Ph.D bidang ICT, Dosen dan Peneliti

Mengenal Harga Diri yang Bermutu

Diperbarui: 13 Januari 2016   04:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Harga diri yang bermutu"][/caption]

Memiliki harga diri yang bermutu dan sehat, tentu akan membantu individu untuk mendapatkan kemudahan dalam mengatasi tantangan, maupun untuk mendapatkan berbagai celah kebahagiaan dalam hidupnya. Bangsa yang kita cintai ini, memerlukan sumber daya manusia yang sehat untuk kemajuan negara di berbagai sektor.

Harga diri yang dikenal dengan istilah self esteem ini mengandung nilai keberlangsungan hidup (survival value) yang merupakan kebutuhan dasar manusia. Harga diri yang sehat mampu memberikan sumbangan bermakna bagi proses kehidupan individu tersebut untuk selanjutnya, dan tentu juga bagi perkembangan pribadi yang normal dan sehat.

PENGERTIAN

Dalam bahasa sederhana, Harga diri adalah bagaimana suatu individu menilai dirinya sendiri. Harga diri adalah kesadaran akan berapa besar nilai yang diberikan pada diri sendiri (KBBI), merupakan sebagai nilai atau citra diri (Santrock, 2002). Diartikan juga sebagai suatu penilaian atau pertimbangan yang dibuat seseorang mengenai dirinya sendiri (Chaplin, 2007).

Harga diri merupakan tolak ukur seorang manusia berdasarkan kemampuan penerimaan diri dan perilaku sendiri atau menolaknya. Self esteem ini bukan hanya sekedar aspek kualitas diri tetap dengan pengertian yang lebih luas, kombinasi yang berhubungan dengan karakter perilaku (presentasi sdr Timor Wahyu, Hikmah Eka Putri, Rizki Sadega, dan Rusli Ginting Munthe 12JAN2016).

HARGA DIRI ADALAH PENILAIAN PRIBADI

Harga diri menunjukan keputusan yang diambil seseorang apakah ia menilai dirinya secara negatif, positif, atau netral yang ditempatkan dalam suatu wadah konsep diri (Todd & Carrie).

TERBENTUKNYA HARGA DIRI

Harga diri telah dimulai semenjak bayi merasakan tepukan pertama kali saat dilahirkan (Ghufron dan Risnawita, 2010), termasuk masa anak-anak ketika mereka membutuhkan penghargaan dari orang tuanya (Darajat, 1980).

Proses selanjutnya dibentuk berdasarkan perlakuan yang diterima individu dari orang di lingkungannya, seperti dimanja, dihargai, dipuji, dll.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline