Lihat ke Halaman Asli

Azhar Vilyan

Bukannya benci keramaian, hanya cemburu pada kebisingan.

Arti Memaafkan: Pelajaran Kecil dari H. Andreas Cawabup Sukabumi

Diperbarui: 30 Oktober 2024   08:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi teh hitam/Image by Joseph Mucira from Pixabay

Di tengah lautan kehidupan, tak jarang kita dihadapkan pada gelombang kebencian yang datang tanpa sebab. Mengapa hati manusia begitu mudah tergelincir ke jurang kebencian? Pertanyaan ini seakan sebuah teka-teki yang tak kunjung terpecahkan. Namun, di balik misteri itu, tersimpan pelajaran hidup yang penuh hikmah

Obrolan saya pada sore hari dengan H. Andreas di sebuah kawasan  Sukabumi semakin mendalam ketika kami ditemani secangkir teh hangat. Saya sedikit penasaran dan juga kagum dengan sikap beliau yang begitu tenang menghadapi kebencian, bahkan oleh orang yang tidak beliau kenal, baik di dunia maya maupun di dunia nyata. Beliau kemudian menjelaskan, "Orang yang membenci tanpa alasan, ibarat pelukis yang hanya mengenal warna hitam. Mereka melihat dunia melalui lensa kebencian, sehingga segala sesuatu pun tampak kelam."

Namun, lanjut beliau, "Kita sebagai manusia memiliki pilihan. Kita bisa membalas kebencian dengan kebencian, atau memilih untuk memaafkan. Beliau melanjutkan dengan mengutip perkataan bijak, "Seorang mukmin yang sesungguhnya adalah dia yang mampu menahan amarahnya."

"Mari kita resapi kata-kata bijak itu dan belajar untuk menerapkannya," ajak beliau sambil menepuk bahuku. "Kebencian akan selalu menjadi bagian dari hidup. Namun, kita bisa memilih untuk menghadapinya dengan memaafkan. Itulah kekuatan sejati."ujarnya sambil menatap jauh ke depan

Saya juga pada mulanya merasakan bagaimana beratnya dalam memaafkan,  memang tidak mudah bahkan sangat tidak mudah," katanya dengan nada yang sangat tenang " Tetapi dengan terus berusaha dan berdoa dan meminta pertolongan Allah, insyaallah kita akan mampu mencapainya. 

Tak lama kemudian, suara adzan ashar memecah keheningan sore. Obrolan kamipun terhenti , kami pun melangkahkan kaki menuju masjid kecil berwarna putih yang berdiri kokoh di pertigaan jalan yang membelah Kabupaten dan Kota Sukabumi

Azhar Vilyan

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline