Lihat ke Halaman Asli

Azhar Vilyan

Bukannya benci keramaian, hanya cemburu pada kebisingan.

Jangan Panggil Aku Jokowi

Diperbarui: 23 April 2021   03:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Pijar itu satu persatu jatuh di tanah lekang.Menjadi benih dan bermekaran

Pada kelopaknya terselip embun tadi pagi ,jatuh,sebahagian lagi dihisap angin

Pintu-pintu para petani telah terbuka
Pacul dan Arit bagaikan senjata
Pagi sekali sebelum embun terakhir
Ke sawah adalah pilihan

Pematang masihlah licin
Ketika suara Murai perlahan mengetuk telinga

Nada nada indah dari surga mungkin suara Daud

Lelaki kurus itu berpaling lantas mengangguk

Ceruk matanya tanpa bingkai
Semua mata bisa melihat,bahkan di kedalamannya

Setelah lama berlalu masa itu
Pematang beringkarnasi jadi trotoar
Nyanyian Murai wujud dari kotak kecil

Mungkin kah masih suara Daud?
Lelaki kurus itu menggeleng

Di keramaian para penjilat mata nya berkilat
Menyeru seru pada satu nama
Kebenaran hanya milik mu,kami patuh kami taat
Tak ubah Yudas,saudara jauhnya, 
Entah lah.. 

Lelaki kurus itu tegak di bebatuan
Urat kakinya masuk kedalam tanah
Mulut nya terkunci,belum ada yang terpahami

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline