Lihat ke Halaman Asli

Pulau Lemukutan, Pulaunya Lay Muk Tan, Benarkah?

Diperbarui: 8 Agustus 2016   23:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Pulau Lemukutan, Kab. Bengkayang, Kalbar, Indonesia."][/caption]Ini adalah kali kedua aku menginjakkan kaki di pulau Lemukutan, Kec. Sungai Raya Kepulauan, Kab. Bengkayang, Kalimantan barat. Berhubung hubbyku membawa trip, jadi aku diminta untuk ikut. Mula nya aku agak keberatan. Sebab, aku baru saja pulang dari trip mengelilingi pulau Jawa dan Bali dengan sepeda motor, yang menjadikan kulitku sudah lebih dari sekedar eksotis. Jadi, kupikir jikalau aku ikut ke pulau lagi. Wah, kulitku yang sudah lebih dari sekedar eksotis akan semakin bertambah eksotis, dan akan sulit dan butuh waktu yang lama untuk memutihkan nya.

Namun, akhirnya kuputuskan juga untuk ikut. Tak lupa berbekal dua buku kumpulan cerpen, karya Ahmad Tohari dan Puthut EA. Juga youtube berupa kartun Masha and The Bear dan Shaun The Sheep yang telah ku-saveoffline, untuk kujadikan sebagai bahan pengisi waktu di pulau nanti. Sambil berharap dua hal. Pertama, semoga saja aku bertemu dengan si ilham. Dan kedua, berharap si imajinasi boleh dapat bekerja dengan sebaik-baik nya.

Jumlah peserta trip ada 12 orang. Ditambah dengan kami berdua, jadi total ada 14 orang yang terbagi dalam beragam umur. Dari yang paling tua hingga ke yang paling muda dan juga remaja.

Pada kali pertama aku ke pulau Lemukutan, aku tidak berhasil menggali cerita dan sejarah dari pulau ini. Meskipun ada beberapa cerita yang pernah kubaca dari Koran Akcaya semasa dulu, dan majalah Bobo semasa kecil dulu.

Sebelum aku menceritakan akan kisah penjelajahan kami, baik nya aku menuliskan sekilas akan cerita dan sejarah mengenai pulau Lemukutan ini. Ini juga kuperoleh dari salah satu penulis blog yang bernama Armin Cobain. Dan setelah kuhubungkan alur cerita nya dengan apa yang telah kubaca semasa dulu, ternyata cerita nya cukup menyambung.

Alkisah diceritakan ada seorang raja Tiongkok yang berkuasa pada abad entah ke berapa. Raja ini dikenal agak zalim dalam pemerintahan nya. Ia memiliki seorang putri yang sakit lepra. Atau dengan kata lain sakit penyakit kusta. Lepra ataupun kusta sangat lah ditakuti oleh masyarakat Tiongkok pada masa itu. Karena malu memiliki seorang putri yang sakit lepra. Maka sang raja meminta seorang pelaut Cina yang bernama Lay Muk Tan untuk mengawal putrinya untuk dibuang di pulau kosong. Mendapatkan titah sang raja, Lay Muk Tan pun menyiapkan pasukan untuk segera berlayar. Mereka memulai perjalanan dari negeri Tiongkok dan menyusuri sepanjang laut Cina Selatan.

Tibalah mereka di sebuah pulau kosong, dan sang putri raja yang sakit lepra pun tinggal di pulau kosong tersebut. Sementara Lay Muk Tan dan pasukan nya juga ikut menetap di situ guna menjaga si putri. Mereka menetap di ujung pulau yang dikenal dengan daeran Teluk Cina. Dari situ lah cikal bakal ada nya orang Cina di pulau Lemukutan. Bahkan konon cerita nya, bahwa nama Lemukutan itu sendiri diambil dari nama si pelaut Cina, Lay Muk Tan. Jadi, pulau Lemukutan adalah pulau nya Lay Muk Tan, benarkah? Sejauh mana kebenaran nya, aku sendiri juga tidak tahu, dan kupikir tak ada seorang pun yang mengetahui nya dengan pasti.

Kebetulan, ada seorang Bapak yang sempat kami temui mengatakan bahwa masih ada secuil dua-cuil peninggalan dan sisa-sisa bangunan yang ada di Teluk Cina. Salah satu nya adalah anak-anak tangga yang dibuat dari tanah menyerupai undakan dari bawah menuju ke atas bukit. Mendengar penuturan demikian, aku pun tak sabar ingin menjelajahi nya. Bagiku, situs dan peninggalan seperti ini adalah sangat menarik untuk ditelusuri.

Yah, itu lah cerita yang beredar mengenai sejarah pulau Lemukutan. Nah, sekarang aku akan menceritakan bagaimana kisah-kisah akan penjelajahan kami di pulau ini.

Hari telah siang di kala kapal yang kami tumpangi mendarat di dermaga Dusun Tanjung Jati. Kami diberitahu bahwa makan siang telah disiapkan oleh Pak Andi, selaku pihak pemilik penginapan. Karena perut kami sudah mulai keroncongan, tanpa ba-bi-bu kami pun menyantap makanan dengan lahap. Meskipun kulihat ada beberapa remaja yang makan dengan jumlah sedikit. Yah, wajar saja, mungkin mereka kurang selera, pikirku sekilas. Berada di pulau seperti ini, bekal makanan yang tersedia pun sangat terbatas, bukan?

Usai makan siang. Kami pun beristirahat sebentar di penginapan. Mengemasi barang dan menyiapkan diri untuk acara snorkeling. Salah satu spot yang menarik di pulau Lemukutan adalah snorkeling, tidak ada yang lain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline