Lihat ke Halaman Asli

Solehatun Marfuah

I do not know in most of the times.

Kisah dalam Sebuah Tim

Diperbarui: 2 November 2018   17:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

KOMPASIANIVAL 

Aku memandang lurus dan menatap kosong pada rombongan bus yang dua puluh menit lalu dikemudikan oleh driver kepercayaanku, Her. Apa yang salah pada dirinya sampai harus memaksakan mesin tua bus yang kami pakai untuk jungle trip dalam rangka menyambut Kompasianival tahun 2018? Aku ingin mendampratnya tepat di wajahnya yang ikut diserang panik  sejak ia menjelaskan permasalahan mesin yang over-heat padaku. 

Tapi, ketika kukenang kembali saat-saat ia bercerita padaku bahwa ia masih memiliki kewajiban menafkahi anak bungsunya yang paling kecil untuk tetap melanjutkan sekolah, belum lagi perihal riwayat penyakit jantungnya yang ia adopsi sejak ia berumur 39 tahun dan kebutuhannya untuk mengobati penyakit krusialnya itu, aku menjadi begitu tidak tega untuk memarahinya atas apa yang terjadi sore ini.

"Tidak, Herr, aku jelas tidak bisa menyalahkanmu dalam kondisi ini," ucapku sambil memberikan pandangan yang kuusahakan sebaik mungkin berempati padanya.

"Ini bukan salah siapapun, dan bukan saatnya saling menyalahkan!" ujar Lukman dengan menunjukkan sikap bijaksana lagi arif di depan istrinya, Prita. Sang Istri maju dan merengkuh bahu Lukman yang tidak lagi bidang, hal ini menjadi wajar mengingat usianya yang sudah berkepala 4. 

"Ya, benar apa yang suamiku katakan," tambah Prita, tidak akan melepaskan genggamannya pada anak semata wayangnya, Kevin. Entah bagaimana aku bisa menjelaskannya tapi terlihat seperti kekuatan keluarga Lukman dan Prita didorong oleh keberadaan Kevin yang seakan tidak takut pada situasi yang semakin gelap ini, Kevin justru menunjukkan sikap berani selayaknya anak laki-laki yang bisa diandalkan.

Kami semua terdiam, saling menggenggam tangan masing-masing pasangan jungle trip kali ini. Aku sendiri memasukkan kedua tanganku ke dalam celana jeans untuk membantuku memfokuskan diri mencari jalan keluar yang dirasa paling solutif dalam menangani masalah ini. Aku adalah bagian yang terlibat di sini, kendati aku adalah seorang pemandu wisata dalam jungle trip kali ini, aku tidak merasa bahwa aku bagian terpenting di sini. 

Bagiku, semua sama pentingnya dan sama dibutuhkannya dalam saat-saat seperti ini. Semua ide mencari jalan keluar adalah sama pentingnya di mataku. Bahkan apabila si kecil Kevin yang baru berusia 8 tahun segera memberikan ide, aku akan sangat mempertimbangkan idenya dengan cara yang sama aku mempetimbangkan ide-ide dari orang dewasa. 

Atau apabila Kanaya yang masih belia dan paling labil diantara kami ingin memberikan saran bagaimana caranya agar kami semua bisa terbebas dan mencari jalan keluar dari hutan konservatif ini, aku akan sangat menghargainya. 

Atau apabila Fred, yang paling uzur diantara kami semua ingin segera memberikan andilnya untuk menjelaskan apa-apa yang sebaiknya dilakukan dalam situasi ini, aku akan mendengarkannya dan memikirkan idenya itu. Poinnya adalah, semua orang dalam pandanganku adalah sama, setara dan seragam tidak ada yang berbeda apalagi yang diunggulkan maupun dikucilkan.

"Kita tidak bisa berlama-lama di sini!" ujar Anggi dengan ketakutan dan kepanikan yang tergambar jelas di wajahnya. Ialah, menurutku, satu-satunya anggota dari rombongan ini yang paling banyak tidak memberikan keuntungan dan kerap kali terlalu banyak mengeluh. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline