Lihat ke Halaman Asli

Inggrid

Mahasiswi

Kurangnya Kesadaran Masyarakat dalam Menerapkan Physical Distancing

Diperbarui: 28 November 2020   21:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sudah lebih dari 7 bulan pandemi Covid-19 melanda Tanah air. Jumlah kasus terkonfirmasi positif di Indonesia hingga kini masih terus mengalami peningkatan. Berdasarkan data dari laman covid19.go.id, hingga tulisan ini dibuat Sabtu (28/11/2020), jumlah pasien positif viruscorona mencapai 527.999 orang.

Berbagai upaya guna memutus tali penyebaran corona telah dilakukan pemerintah, salah satunya yaitu penerapan physical distancing. Namun mirisnya, masih banyak masyarakat yang tidak disiplin menerapkan hal tersebut.

Hal ini seringkali terlihat di jalanan, warung makan, cafe, hingga perkampungan, masih banyak yang berkerumun dan duduk berdekatan serta antrian panjang di beberapa halte bus TransJakarta dan stasiun kereta, artinya masyarakat belum sepenuhnya mendukung pemerintah untuk memutus mata rantai Covid-19. Padahal bisa saja orang yang berada disekitar mereka sudah terjangkit corona tetapi tidak ada gejala atau biasa disebut Orang Tanpa Gejala (OTG) yang dapat menyebarkan virus kepada anak-anak bahkan orang lanjut usia.

Hal ini juga disebakan banyak asumsi -- asumsi yang terus berkembang seiring dengan berjalannya waktu, seperti virus corona yang eksistensinya diragukan, anggapan bahwa anak muda lebih kebal daripada orang tua, dan asumsi lainnya. Bahkan ada juga yang beranggapan jika sudah memakai masker berarti sudah menerapkan physical distancing tetapi masih melakukan kontak sosial.

Salah satu bentuk kurangnya penerapan physical distancing yaitu pada saat pelaksanaan Car Free Day (CFD) di Jakarta, masih terlihat banyak masyarakat yang lupa untuk menerapkan physical distancing. Bahkan, physical distancing juga masih belum diterapkan di sejumlah bandar udara (bandara), khususnya di Bandara Hang Nadim, Batam.

Kondisi paling parah terjadi di pusat perniagaan. Seiring mendekati lebaran pada bulan Mei lalu, pasar diberbagai daerah diserbu masyarakat. Di Jakarta misalnya, kawasan di sekitar Pasar Tanah Abang ramai dipadati pedagang dan pembeli tanpa menjaga jarak sedikitpun. Padahal gedung pusat perbelanjaan saat itu masih ditutup akibat pandemi Covid-19.

Satu hal yang bisa dilakukan oleh masyarakat adalah disiplin menerapkan physical distancing dan harus menjaga jarak 2 meter serta mematuhi protokol kesehatan agar cepat berakhir. Seharusnya masyarakat mau bekerja sama untuk menekan laju penyebaran Covid-19 ini dikarenakan tenaga dokter dan perawat yang terbatas. Jika dilakukan secara benar, hal ini terbukti dapat menurunkan angka penularan secara berkala.

Jadi, yang perlu dilakukan sekarang yaitu kita bersama-sama saling membantu untuk berusaha memutus rantai penyebaran virus ini. Kita harus sadar untuk saat ini physical distancing adalah cara yang efisien, walaupun memang kebijakan physical distancing ini banyak mempengaruhi kontak sosial kita untuk beberapa waktu ke depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline