Lihat ke Halaman Asli

Tim PKM-RE UNS Berhasil Kembangkan dan Tingkatkan Stacked Microbial Fuel Cells Berbahan Dasar Batang Pisang Klutuk dan Lumpur Lapindo

Diperbarui: 26 Oktober 2023   18:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Penulis

Surakarta, 26 Oktober 2023 - Tim peneliti dari Jurusan Kimia FMIPA Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, di Ketuai Husna Habib Musthofa, telah berhasil mengembangkan dan meningkatkan kinerja Microbial Fuel Cells (MFC) dengan memodifikasi model stacked rangkaian seri menggunakan elektroda grafit tercoating nanopartikel emas. Hasil penelitian ini merupakan bagian dari upaya peningkatan energi terbarukan di Indonesia.

Tim penelitian yang terdiri dari Khoirun Nisa Ashar, Abbilah Ero Mahdhani, Vicky Ahava Ferdinansyah, dan Inggit Tri Cahyani, dipandu oleh Prof. Venty Suryanti, S.Si., M.Phil., Ph.D, berhasil mencapai voltase yang lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian sebelumnya. Tahun sebelumnya, voltase yang dihasilkan oleh MFC hanya mencapai 256,6 mV, namun dengan modifikasi yang dilakukan, voltase mencapai 1,672 Volt pada penambahan volume 210 mL dan data stabil dari jam ke 13 hingga jam ke 19. Ini adalah pencapaian yang mengesankan dalam upaya meningkatkan kinerja MFCs.

Dokumentasi Penulis 

Penelitian ini menjadi sangat relevan mengingat peningkatan penggunaan listrik di Indonesia dengan bahan bakar fosil yang tidak terbarukan seperti batu bara. Dalam konteks ini, MFCs menjadi solusi yang ramah lingkungan, karena mereka menggunakan mikroba dan selulosa sebagai sumber energi, yang merupakan bahan terbarukan dan berkelanjutan.

dokumentasi penulis 

Khoirun Nisa Ashar, salah satu anggota tim peneliti, menjelaskan, "Sebenarnya, tahun lalu kami sudah mengembangkan MFC ini, namun data voltase yang dihasilkan sangat kecil yaitu diangka 256,6 mV saja. Maka dari itu, kami ingin meningkatkan data voltase tersebut. Akhirnya kami menemukan beberapa aspek yang membuat data listrik kecil."

Perubahan utama dalam penelitian ini adalah transformasi dari MFCs konvensional menjadi Stacked Microbial Fuel Cells, pemakaian elektroda grafit yang dicoating dengan nanopartikel emas, dan penggunaan substrat bakteri yang mengandung selulosa tinggi yang diambil dari batang pisang, dengan kadar selulosa sebesar 86,25%. Selulosa ini diubah menjadi glukosa melalui penambahan enzim selulase, yang berfungsi sebagai sumber energi untuk mikroba yang digunakan dalam MFCs.

"Hasil listrik yang dihasilkan dapat digunakan untuk menyalakan LED selama kurang lebih 6 jam pemakaian. Penelitian ini perlu dikembangkan lagi agar mendapatkan hasil yang lebih maksimum dan dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari," tambah Abbilah Ero Mahdhani.

Selain itu, peneliti juga menggunakan Lumpur Lapindo sebagai bahan dalam MFC. Lumpur Lapindo, yang merupakan semburan lumpur panas di Sidoarjo, memiliki potensi besar karena mengandung logam berat yang dapat menghantarkan listrik. Penggunaan Lumpur Lapindo memberikan harapan baru untuk pemanfaatan sumber daya alam yang selama ini belum optimal.

Dokumentasi Penulis

Husna Habib Musthofa, ketua tim peneliti, menyimpulkan, "Setelah eksperimen, kami dapat menyimpulkan bahwa fabrikasi alat berpengaruh pada hasil listrik yang dihasilkan. Tidak hanya itu, penggunaan volume sel yang tepat, dan elektroda yang memiliki kinerja tinggi juga mempengaruhi hasil voltase listrik yang dihasilkan."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline