PRO DAN KONTRAK BUDAYA TANDU DALAM BUDAYA NONO NIHA
Catatan Awal:
Sabtu, 21 Agustus 2021 adalah salah momen yang sangatlah istimewa dalam sejarah Gereja Katolik khususnya Dekanat Nias.
Menjadi momen yang sangat istimewa karena pada saat itulah umat Katolik Dekanat Nias menyambut kedatangan pimpinan tertingginya di Kesukupan Sibolga.
Kegiatan penyambutan Uskup yang baru ini dilaksanakan dengan rangkaian budaya Nono Niha. Salah satu kegiatan istimewa dalam penyambutan ini adalah dimana Bapak Uskup ditandu memasuki pelataran Gereja Kon Katedral St. Maria Bunda Para Bangsa Gunungsitoli.
Sebagaimana kegiatan ini merupakan momen yang sangatlah istimewa, umat katolik yang hadir dalam kegiatan penyambutan ini tidak menyianyiakan momen tersebut dengan beberapa foto dan video yang diupload ke media sosial.
Ternyata, komentar yang muncul dari postingan tersebut tidaklah selalu pro terhadap apa yang dimaksudkan. Ada juga pengguna media sosial yang kontra dengan postingan tersebut dan bahkan acara ini kemudian menjadi viral.
Beberapa saudara yang beragama Kristen Protestan mengatakan bahwa budaya tandu itu bukanlah budaya Nias.
Dalam budaya Nias, budaya tandu itu hanya dilakukan kepada pengantin perempuan dan bukan kepada seorang laki-laki.
Namun dengan penuh percaya diri, umat Katolik khususnya yang ada di Dekanat Nias mengatakan bahwa budaya tandu itu adalah Budaya Nias.