Lihat ke Halaman Asli

Ingatan Sihura

Kebersamaan keluarga suatu kebahagiaan sejati.

Perempuan dan Pekerjaan Rumah Tangga dalam Budaya Ono Niha

Diperbarui: 23 Juni 2021   08:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Perempuan yang mengerjakan pekerjaan rumah tangga [Dok. Pribadi]

PEREMPUAN DAN PEKERJAAN RUMAH TANGGA DALAM BUDAYA ONO NIHA

Seperti kebanyakan orang menganggap, kaum perempuan sering sekali digolongkan sebagai masyarakat kelas dua. Dalam penggolongan seperti ini, tidak jarang bahwa perempuan sering sekali mendapat perlakuan yang tidak senonoh bahkan tidak jarang mendapat kekerasan yang bisa saja berujung kepada kematian. Semua ini dianggap menjadi satu kebenaran bukan karena tidak adanya alasan. Semua ini bermula dari adat istiadat dan kebiasaan manusia pada umumnya.

Tidak terkecuali dalam adat istiadat dan kebiasaan Ono Niha. Pemberian kelas seperti ini juga ada dan bahkan kelas ini harus selalu ditunjukkan dalam kehidupan sehari-hari. 

Ketut Wiradnyana dalam bukunya yang berjudul Legitimasi Kekuasaan Pada Budaya Nias menguraikan tingkatan sosial dalam Budaya Ono Niha atau Pulau Nias. 

Dimulai dari Si'ulu dan Si'ila sebagai kelas pertama atau menjadi Tuhenri atau Kepala Kampung. Disusul oleh Siwarawara atau kelompok masyarakat pada umumnya. Sebagai kelompok masyarakat kelas ketiga adalah Binu atau budak. Semua kelas ini diuraikan hanya dalam garis keturunan laki-laki. Hal ini dalam Budaya Ono Niha, laki-laki menjadi "samatohu nga't" atau penerus garis keturunan. Sementara perempuan dikatakan sebagai "samatla banua" atau penerus garis keturunan orang lain.

Buku [Dok. Pribadi]

Lebih lanjut P. Postinus Gul, OSC mengkonkritkan perbedaan kelas laki-laki dan perempuan di dalam Budaya Ono Niha dalam bukunya yang berjudul Bw Dalam Perkawinan Adat ri Moro' Nias Barat. 

Berlatar dalam adat perkawinan, beliau menggambarkan seorang gadis ketika menikah layaknya seperti budak yang dijual. Hal ini tampak pada perjodohan yang dipaksakan hingga mahar yang diminta begitu besar. Sementara laki-laki jika ingin mengikah, ia dengan bebas memilih calon perempuan yang ia mau jadikan sebagai calon istri.

Buku [Dok. Pribadi]

Pengelompokkan dan pemberian kelas ini berlanjut kepada pelaksanaan perkerjaan harian. Laki-laki biasanya hanya fokus untuk melakukan pekerjaan yang katanya berat dan memerlukan tenaga besar seperti memanjat pohon, membelah kayu bakar, dan lain sebagainya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline