Lihat ke Halaman Asli

Pengaruh Budaya di Tasikmalaya

Diperbarui: 3 Februari 2016   23:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tasikmalaya yang sejak dahulu dikenal sebagai Kota Santri lambat laun semakin dipenuhi dengan budaya - budaya yang bukan cerminan dari kehidupan santri yang menjadi image tersebut. Kita bisa melihat dari berbagai peristiwa, event dan berita-berita yang  yang ada di Tasikmalaya yang lebih didominasi berbagai budaya luar dibandingkan dengan budaya - budaya asli Tasikmalaya.

Tidak sedikit kita mengetahui berbagai perilaku kriminal yang terjadi di Kota Tasikmalaya, Informasi tentang pembunuhan, penggerebekan gudang minuman keras, dan peristiwa-peristiwa kriminal lainnya semakin sering kita dengar dan baca dari berbagai media baik lokal maupun nasional.

Indikator pergeseran budaya juga bisa kita ketahui dari data-data statistik lainnya, antara lain dengan semakin bertambahnya penderita HIV/AIDS, perilaku sex menyimpang sejenis, pemakaian dan peredaran minuman keras dan narkoba  yang mayoritas merupakan perilaku yang sangat bertolak belakang dengan predikat Kota Santri.

Hal lain yang sangat kita perlu perhatikan juga adalah perilaku dan gaya hidup generasi muda di Kota Tasikmalaya yang semakin jauh dari kehidupan Kota Santri tersebut. Maraknya genk motor, komunitas hidup bebas ala punk juga sudah semakin nampak di Kota Tasikmalaya. Selain itu, kita juga bisa memperhatikan bagaimana generasi muda yang hanyut dalam berbagai moment yang jauh dari image santri. Bagaimana generasi muda kita yang merupakan cikal bakal penerus budaya santri di Tasikmalaya lebih tertarik dengan aktifitas-aktifitas yang dianggap masyarakat lebih bersifat mubajir, kurang bermanfaat bahkan bertentangan dengan kultur, budaya bahkan agama yang menjadi fundamen kita. Generasi muda lebih mementingkan event-event yang  jauh dari image Kota Santri. Ini bisa kita lihat ketika generasi muda yang turun tumpah ruah ke jalanan ketika merayakan Tahun Baru, Valentine Days dan kegiatan - kegiatan lain yang tidak jelas manfaatnya. Salah satu event terakhir yang tidak lepas dari perhatian kita bersama adalah Tasik Color Run yang didominasi oleh para pelajar tingkat SMA. Hal-hal tersebut lebih menjadi kebanggan dan lebih besar menarik animo generasi muda kita dibanding dengan event-event Islami atau event edukatif yang lainnya.

Hal- hal di atas bisa jadi merupakan dampak negatif dari globalisasi yang tidak dapat kita bendung karena semakin hari pasti akan semakin menguat. Ini menjadi agenda kita bersama bagaimana kita meminimalisir dampak-dampat negatif globalisasi tersebut dengan berbagai cara sekemampuan kita tanpa mengorbankan kreatifitas dan aspirasi dari generasi muda yang menjadi tumpuan harapan kita agar Untuk Tasikmalaya Yang Lebih Baik, sebagai Kota Santri minimal tetap bisa kita pertahankan dan menjadi lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline