Lihat ke Halaman Asli

Syaiful W. HARAHAP

TERVERIFIKASI

Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Informasi di Karikatur Berita Ini Salah Kaprah

Diperbarui: 2 Desember 2024   15:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (Sumber: gcene.com)

Ilustrasi, semacam karikatur, pada berita "Kemenkes galakkan edukasi HIV/AIDS tekan prevalensi pada anak muda" (m.antaranews.com, 28/11/2024) ini benar-benar informasi yang menyesatkan (hoaks).

Kalimat pada ilustrasi tersebut "STOP SEKS BEBAS Hindari risiko HIV/AIDS" adalah mitos (anggapan yang salah) terkait dengan cara penularan HIV/AIDS.

Dalam berita sama sekali tidak ada penjelasan tentang kaitan antara 'seks bebas' dengan penularan HIV/AIDS.

Jika "ANTARA" mengartikan seks bebas sebagai zina atau hubungan seksual di luar pernikahan yang sah menurut agama dan negara, maka semboyan di ilustrasi itu pun merupakan informasi bohong (hoaks) yang di dalam jurnalistik disebut misleading (menyesatkan).

Penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual penetrasi (oral, vaginal atau anal bukan karena sifat hubungan seksual (seks bebas atau zina), tapi karena kondisi saat terjadi hubungan seksual yaitu salah satu atau keduanya mengidap HIV/AIDS dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom (oral dan vaginal) atau penganal tidak memakai kondom (anal).

Jika sepasang laki-laki dan perempuan keduanya HIV-negatif melakukan seks bebas dengan seks penetrai oral atau anal dengan kondisi laki-laki tidak pakai kondom tidak akan pernah terjadi penularan HIV/AIDS. Ini fakta!

Begitu juga pada LSL (lelaki suka seks lelaki) kalau keduanya HIV-negatif mereka melakukan seks anal tanpa kondom juga tidak akan pernah terjadi penularan HIV/AIDS. Ini juga fakta!

Sebaliknya, sepasang suami istri dalam ikatan pernikahan yang sah tapi salah satu mengidap HIV/AIDS dengan kondisi suami tidak pakai kondom ketika sanggama, maka ada risiko penularan HIV/AIDS.

Baca juga: Guru Agama Ini Kebingungan Karena Anak Keduanya Lahir dengan HIV/AIDS (Kompasiana, 18 April 2018)

Dalam berita Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Ina Agustina Isturini, mengatakan: "Untuk mencapai ketiga zero tersebut, telah ditetapkan target 95 persen ODHIV terdiagnosa, 95 persen ODHIV minum obat ARV seumur hidup, dan 95 persen ODIF mengalami supresi virus HIV sebagai bukti keberhasilan pengobatan ARV, pada tahun 2030."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline