Lihat ke Halaman Asli

Syaiful W. HARAHAP

TERVERIFIKASI

Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Menyoal Kebijakan Bank Indonesia Pertontonkan Penukaran Uang Secara Terbuka

Diperbarui: 1 April 2024   22:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi - Penukaran uang untuk kebutuhan Lebaran.(Sumber: KOMPAS.COM/Ahmad Riyadi)

Sebuah pemandangan yang ironis karena mencolok tapi bertolak belakang dengan realitas sosial terjadi setiap menjelang Idulfitri.

Bank Indonesia (BI) selalu menyediakan tempat-tempat penukaran uang dengan uang baru dan pilihan pecahan nominal rupiah secara terbuka.

Lembaran uang kertas rupiah baru dipakai oleh warga, antara lain yang mudik Lebaran, untuk diberikan kepada anggota keluarga dan kerabat di kampung halaman. Selain itu untuk salam tempel kepada anak-anak yang datang mengucapkan Idulfitri.

Hal ini sudah merupakan tradisi atau kebiasaan yang sudah membumi di Nusantara sebagai bagian dari keramaian hari raya, khususnya Idulfitri.

Salam tempel di Idulfitri menambah keceriaan, terutam bagi anak-anak, sebagai bekal untuk jajan. Soalnya, selama puasa mereka tidak bisa jajan sehingga di Idulfitri mereka seakan-akan terbebas dari aturan yang berlaku di bulan puasa.

Kegembiraan anak-anak di Idulfitri ketika mengunjungi rumah famili dan tetangga mereka akan menerima uang rupiah kertas baru melalui salam tempel.

Untuk itulah warga menukarkan uang lama (yang masih berlaku) dengan lembaran uang kertas rupiah yang masih baru.

Yang jadi persoalan besar adalah liputan media (media massa dan media sosial), terutama stasiun TV, yang menunjukkan warga yang membawa segepok uang lama untuk ditukarkan dengan lembaran uang keras rupiah baru.

Di sisi lain tidak sedikit orang tua yang 'menangis' karena tidak bisa membeli pakaian baru untuk anak-anaknya. Tangisan juga akan mewarnai ketiadaan uang untuk membeli kue-kue Lebaran, ketapat, opor ayam dan rendang.

Liputan media itu bisa jadi pemicu kecemburuan sosial karena dilakukan secara terbuka di tengah-tengah kemiskinan, bahkan ada keluarga yang tergolong dalam kualifikasi kemiskinan ekstrem.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline