Hiruk-pikuk debat calon presiden (Capres) dan calon wakil presiden (Cawapres) untuk pemilihan presiden (Pilpres) 2024 ternyata mengabaikan masalah-masalah besar yang sedang dan akan dihadapi bangsa Indonesia, sebut saja penyakit penyebab utama kematian warga.
Kalau disimak tabel terkait dengan penyakit penyebab utama kematian di Indonesia, maka perlu langkah yang komprehensif karena 9 dari 10 penyebab utama kematian di Indonesia bukan penyakit menular, tapi penyakit degeneratif.
Secara medis penyakit-penyakit degeneratif bisa diatasi agar tidak sampai jadi penyebab kematian yaitu melalui promosi kesehatan yang sejatinya dijalankan oleh layanan kesehatan yang dekat dengan masyarakat, dalam hal ini pusat kesehatan masyarakat yang lebih dikenal sebagai Puskesmas.
Jika isu ini masuk dalam debat Capres dan Cawapres yang dijlankan Komisi Pemilihan Umum (KPU), tentulah bisa kelihatan bagaimana dan apa yang akan mereka lakukan secara faktual kelak ketika menjabat sebagai presiden dan wakil presiden.
Celakanya, isu kesehatan ini tidak masuk agenda KPU sebagai materi debat pasangan Capres/Cawapres.
Pada awalnya pusat-pusat kesehatan masyarakat, dikenal luas sebagai Puskesmas, dibangun di semua penjuru Tanah Air sebagai ujung tombak promosi (promotif) kesehatan yaitu mendorong perubahan perilaku masyarakat agar hidup sehat melalui pencegahanpenyakit (preventif).
Di akhir masa Orde Baru fungsi Puskesmas terus beralih sebagai tempat pengobatan (kuratif) bahkan belakangan ini ada Puskesmas yang justru jadi tempat rawat inap yang berfungsi sebagai rumah sakit (RS).
Di masa kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yodhoyono (SBY) yang dijalankan adalah membangun RS. Menurut SBY, selama hampir 10 tahun ini rumah sakit bertambah 837, ini meningkat lebih dari 600 persen. Puskesmas bertambah 1.960, meningkat 600 persen. Apotik 1.056, meningkat 400 persen. Jumlah dokter kini tercatat 76.523 dokter, meningkat 200 persen (nasional.news.viva.co.id, 14/7-2014).