Persoalan di Kaltim adalah warga pengidap HIV/AIDS yang tidak terdeteksi, mereka jadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS di masyarakat tanpa mereka sadari
Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kaltim Puji Setyowati mengharapkan semua pihak hendaknya saling bahu-membahu membuat langkah konkrit untuk mengatasi perkembangan kasus HIV/AIDS yang terjadi Provinsi Kalimantan Timur, karena apabila terlambat dan dibiarkan tentunya akan lebih menyulitkan. Ini ada di leda berita "Komisi IV DPRD Kaltim: Harus ada langkah konkrit atasi kasus HIV/AIDS" di kaltim.antaranews.com (4/11-2022).
Berdasarkan laporan siha.kemenkes.go.id jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS di Kalimantan Timur (Kaltim) sebanyak 11.382 yang terdiri atas 9.237 HIV dan 2.145 AIDS. Jumlah ini menempatkan Kalim di peringkata ke-12 secara nasional.
Persoalan besar terkait dengan penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia adalah informasi HIV/AIDS yang dikemas dalam komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) selalu dibalut dan dibumbui dengan norma, moral dan agama.
Akibatnya, fakta medis tentang HIV/AIDS tenggelam sedangkan yang muncul hanya mitos (anggapan yang salah).
Misalnya, mengaitakan pergaulan bebas, seks bebas, zina, melacur dan homoseksual dengan penularan HIV/AIDS.
Padahal, penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual bukan karena sifat hubungan seksual, dalam hal ini pergaulan bebas, seks bebas, zina, melacur dan homoseksual, tapi karena kondisi saat terjadi hubungan seksual, di dalam dan di luar nikah, yaitu salah satu atau keduanya mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom. Ini fakta! (Lihat matriks sifat dan kondisi hubungan seksual).
Makanya, banyak orang yang terjerumus ke lembah perilaku seksual berisiko tertular HIV/AIDS karena termakan mitos.
Baca juga: Ratusan Mahasiswa Bandung yang Tertular HIV/AIDS karena Terperangkap Mitos