Selama ini materi komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) HIV/AIDS selalu dibalut dan dibumbui dengan norma, moral dan agama yang berujung pada mitos
"Sis (Kepala Sekretariat KPA Kota Bandung Sis Silvia Dewi-pen) menyebut, saat ini yang menjadi permasalahan dalam isu HIV/AIDS adalah stigma diskriminasi di masyarakat. Menurutnya, hal ini terjadi karena banyak masyarakat yang belum memahami HIV/AIDS secara komprehensif." Ini ada dalam berita "Remaja Kota Bandung Siap Sebarkan Edukasi Komprehensif HIV/AIDS" di bandung.go.id (25/10-2022).
Selama materi komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang HIV/AIDS dibalut dan dibumbui dengan norma, moral dan agama, maka slama itu pula masyarakat tidakan akan memahami cara-cara penularan dan pencegahan HIV/AIDS yang konkret.
Misalnya, menyebut penularan HIV/AIDS karena 'seks bebas.' Ini menyesatkan karena kalau 'seks bebas' artinya zina, maka:
Pertama, penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual bukan karena sifat hubungan seksual (seks bebas), tapi kondisi saat terjadi hubungan seksual yaitu laki-laki atau keduanya mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom (lihat matriks sifat dan kondisi hubungan seksual).
Kedua, jika disebut zina penyebab HIV/AIDS, maka semua orang yang pernah dan sering zina, termasuk pasangan suami-istri yang hamil duluan, sudah mengidap HIV/AIDS.
Faktanya: Tidak!
Maka, mengaitkan zina atau seks bebas dengan penularan HIV/AIDS adalah salah kaprah yang akhirnya menyesatkan masyarakat.
Masyarakat tidak akan pernah memahami cara-cara penularan dan pencegahan HIV/AIDS secara komprehensif selama materi HIV/AIDS melalui KIE dibalut dan dibumbui dengan norma, moral dan agama.