Lihat ke Halaman Asli

Syaiful W. HARAHAP

TERVERIFIKASI

Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Pengidap HIV/AIDS di Banten Disebut Enggan Datangi Fasilitas Layanan Kesehatan untuk Cek Kesehatan

Diperbarui: 20 September 2022   12:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi - (Sumber: indianexpress.com)

Warga Banten yang tes HIV di Fasyakes otomatis menerima obat antiretroviral (ARV) dan pengobatan untuk penyakit-penyakit lain serta konseling.

Menurutnya (Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Banten dr Ati Pramudji Hastuti-pen.): penderita (pengidap HIV/AIDS-pen.) enggan mendatangi fasilitas kesehatan untuk mengecek kesehatannya karena malu, dan ada anggapan di masyarakat jika menderita HIV/AIDS dijauhi.

Ini ada dalam berita "Dinkes: Hingga Maret 2022 Ada 13.670 Kasus HIV/AIDS di Banten" di regional.kompas.com (15/9-2022).

Sedangkan rangkuman dari laporan siha.kemkes.go.id menunjukkan sampai Desember 2021 jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS di Banten sebanyak 15.591 yang terdiri atas 12.233 HIV dan 3.358 AIDS. Jumlah ini menempatkan Banten pada posisi ke-9 secara nasional masih "10 besar nasional."

Tabel: 10 provinsi di Indonesia dengan jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS terbanyak 1987 -- Desember 2021. (Foto: Dok Pribadi/Syaiful W. Harahap)

Terkait dengan pernyataan di atas semua pengidap HIV/AIDS sudah terdaftar di faslitas layanan kesehatan (Fasyankes) karena ketika menjalani tes HIV secara sukarela atau rujukan berdasarkan PITC (Provider Initiated Testing and Counselling -- pasien menunjukkan gejala penyakit terkait HIV/AIDS dirujuk tes HIV) identitas mereka sudah dicatat.

Mereka juga otomatis menerima pengobatan dengan obat antiretroviral (ATR), dan pengobatan untuk penyakit-penyakit lain serta konseling.

Secara empiris orang-orang yang menjalani tes HIV secara sukarela di Fasyankes sudah berikrar akan menghentikan penularan HIV/AIDS mulai dari diri mereka. Untuk itulah mereka menerima pengobatan dengan obat antiretroviral (ART), karena pengobatan ini merupakan salah satu cara untuk menurunkan risiko penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual.

Maka, siapa sebenarnya yang dimaksud oleh Kadinkes Banten itu yang enggan mendatangi Fasyankes?

Yang banyak terjadi adalah warga yang semula mengikuti ART tapi putus di tengah jalan. Ada beberapa alasan medis dan nonmedis, tapi alasan nonmedis yang jadi persoalan yaitu karena Fasyankes yang menyediakan obat antiretroviral (ARV) jauh dari tempat tinggal mereka sehingga harus mengeluarkan biaya yang besar tiap bulan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline