Lihat ke Halaman Asli

Syaiful W. HARAHAP

TERVERIFIKASI

Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Penyebaran HIV/AIDS di Kota Medan Terkait dengan JA Korban Perkosaan yang Terdeteksi Idap HIV/AIDS

Diperbarui: 17 September 2022   07:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Matriks: Penyebaran HIV/AIDS dari anak perempuan pengidap HIV/AIDS korban perkosaan. (Foto: Dok Pribadi/Syaiful W. Harahap)

Penyebaran HIV/AIDS di Kota Medan Terkait dengan Anak Perempuan yang Diperkosa

Selama 5 tahun sudah ada 1.200 laki-laki berisiko tinggi tertular HIV/AIDS yaitu yang melakukan hubungan seksual dengan JA tidak pakai kondom

Beberapa hari belakangan ini media massa dan media online mem-blow up kisah seorang anak perempuan, JA, berumur 12 tahun di Kota Medan, Sumatera Utara (Sumut), yang jadi korban perkosaan yang akhirnya terdeteksi mengidap HIV/AIDS.

Celakanya, berita tentang anak itu hanya menjadikan JA sebagai objek sebagian berita dengan nuansa sensasi. Kondisi itu dalam realitas sosial membuat JA sebagai individu dengan powerless (tak berdaya) dan voiceless (tak didengar) (Lihat matrik korban sebagai objek).

Anak perempuan, JA, yang diperkosa di Kota Medan, Sumut, jadi objek dengan kondisi powerless dan voiceless. (Foto: Dok Pribadi/Syaiful W. Harahap)

Dalam kondisi sebagai korban JA bisa jadi sasaran kemarahan orang-orang, terutama perempuan, yang memakai 'baju moral' dengan menempat JA sebagai penyebab perkosaan tehadap dirinya.

Dalam kehidupan sehari-hari banyak hal yang dikaitkan dengan korban pelecehan dan kekerasan seksual, seperti cara berpakaian, cara bergaul dan seterusnya. Padahal, tidak sedikit korban pelecehan dan kekerasan seksual yang memakai pakaian yang menutup semua badannya.

Penumpang Transjakarta yang diperkosa oleh empat petugas di Halte Harmoni, Januari 2014, memakai pakaian yang menutup seluruh bandanya kecuali wajah.

Itulah sebabnya pelecehan dan kekerasan seksual di Indonesia akan terus terjadi karena masyarakat selalu menyalahkan korban. Maka, kalau saja wartawan dan polisi menempatkan korban kekerasan seksual sebagai subjek akan lain ceritanya karena wartawan akan menulis berita yang mendukung pendampingan korban dan menghukum pelaku (Lihat matriks korban jadi subjek).

Anak perempuan, JA, yang diperkosa di Kota Medan, Sumut, jadi subjek dengan kondisi powerfull dan voicefull. (Foto: Dok Pribadi/Syaiful W. Harahap)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline