Lihat ke Halaman Asli

Syaiful W. HARAHAP

TERVERIFIKASI

Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Apa Ada Langkah Nyata Pemkab Klaten untuk Menanggulangi HIV/AIDS

Diperbarui: 9 Juli 2022   16:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi. (Sumber: dentistry.uic.edu)

"Angka Kasus HIV/AIDS Meningkat, Ini Langkah Nyata Pemkab Klaten" Ini judul berita di solopos.com, 14/6-2022.

Sampai Juni 2022 dilaporkan kasus kumulatif HIV/AIDS di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah (Jateng) sebanyak 1.171.

Namun, perlu diingat bahwa dalam epidemi HIV/AIDS jumlah kasus yang dilaporkan atau terdeteksi, dalam hal ini 1.171, hanya sebagian kecil dari kasus yang ada di masyarakat Klaten khususnya.

Soalnya, epidemi HIV/AIDS erat kaitannya dengan fenomena gunung es. Jumlah kasus yang terdeteksi digambarkan sebagai puncak gunung es yang muncul ke atas permukaan air laut, sedangkan kasus yang tidak terdeteksi digambarkan sebagai bongkahan gunung es di bawah permukaan air laut (Lihat gambar).

Fenomena Gunung Es pada epidemi HV/AIDS. (Foto: Dok Pribadi/Syaiful W. Harahap)

Maka, amatlah masuk akal kalau kasus demi kasus terus terdeteksi di Klaten karena warga yang mengidap HIV/AIDS tapi tidak terdeteksi jadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS tanpa mereka sadari, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.

Tidak ada tanda-tanda, gejala-gejala atau ciri-ciri yang khas AIDS pada fisik dan keluhan kesehatan orang-orang yang tertular HIV/AIDS. Secara statistik tanda-tanda, gejala-gejala atau ciri-ciri yang khas AIDS baru muncul antara 5-15 tahun setelah tertular HIV.

Tapi, jika seseorang tertular HIV/AIDS dan terdeteksi melalui tes di fasilitas kesehatan pemerintah, maka orang tersebut akan diberikan obat antiretroviral (ARV) yang harus diminum seumur hidup sehingga tanda-tanda, gejala-gejala atau ciri-ciri yang khas AIDS tidak muncul. Infeksi HIV pun tidak mengganggu kesehatan orang tersebut.

Selain warga pengidap HIV/AIDS yang tidak terdeteksi, insiden infeksi HIV baru pun terus terjadi melalui perilaku seksual berisiko warga dewasa, yaitu:

  • Laki-laki dan perempuan dewasa yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks vaginal, seks anal dan seks oral), di dalam dan di luar nikah, dengan pasangan yang berganti-ganti dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom, 
  • Laki-laki dewasa yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks vaginal, seks anal dan seks oral) dengan perempuan yang serng berganti-ganti pasangan, dalam hal ini pekerja seks komersial (PSK) langsung dan cewek prostitusi online, dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom, dan
  • Perempuan dewasa yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks vaginal, seks anal dan seks oral) dengan gigolo dengan kondisi gigolo tidak memakai kondom.

Dari tiga perilaku seksual berisiko di atas tidak selalu karena hubungan seksual di luar nikah, seperti zina dan melacur. Penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual bukan karena sifat hubungan seksual (zina, melacur, seks pranikah, selingkuh, atau 'seks bebas'), 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline