Pemerintah Kabupaten Belu berharap kepada masyarakat agar bersinergi dalam upaya pencegahan HIV dan AIDS. Ini ada dalam berita "Pemkab Belu Harap Masyarakat Sinergi Cegah HIV/AIDS" di kupang.tribunnews, 13/11-2020.
Jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS di Kabupaten Belu, NTT, dari tahun 2013 sampai Oktober 2020 dilaporkan sebanyak 734 kasus. Namun, kasus yang dilaporkan (734) tidak menggambarkan jumlah kasus yang sebenarnya di masyarakat karena epidemi HIV/AIDS erat kaitannya dengan fenomena gunung es. Kasus yang terdeteksi (734) digambarkan sebagai bongkahan gunung es yang muncul ke atas permukaan air laut, sedangkan kasus yang tidak terdeteksi di masyarakat digambarkan sebagai bongkahan gunung es di bawah permukaan air laut (Lihat Gambar).
Harapan Pemkab Belu, NTT, itu merupakan salah satu langkah dalam penanggulangan penyebaran HIV/AIDS. Persoalannya adalah selama ini masyarakat dicekoki dengan materi KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) tentang HIV/AIDS yang dibalut dan dibumbui dengan norma, agama dan moral. Akibatnya, yang sampai ke masyarakat hanya mitos (anggapan yang salah).
Misalnya, mengait-ngaitkan penularan HIV/AIDS dengan zina, pelacuran, dll. Padahal, penularam HIV/AIDS melalui hubungan seksual bukan karena sifat hubungan seksual (zina, melacur, dll.), tapi karena kondisi saat terjadi hubungan seksual (salah satu atau kedunya mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom) setiap melakukan hubungan seksual (Lihat gambar).
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Belu, dr Joice Manek, dalam sambutan di pembukaan Workshop Pencegahan dan Penanggulangan HIV dan AIDS secara Terpadu dan Berbasis Masyarakat (13/11/2020), mengatakan sinergi dalam upaya pencegahan HIV/AIDS. Harapan bersama yang perlu diperhatikan dan dilaksanakan adalah mewujudkan target three zero penanganan HIV dan AIDS di Kabupaten Belu hingga 2030.
Three zero yang dimaksudkan adalah (1) Tidak ada lagi penularan infeksi baru HIV/AIDS, (2) Tidak ada lagi kematian akibat HIV dan AIDS dan (3) Tidak ada lagi stigma dan diskriminasi pada Odha (Orang dengan HIV/AIDS).
Adalah hal yang mustahil mengatakan "Tidak ada lagi penularan infeksi baru HIV/AIDS" karena banyak pintu masuk HIV/AIDS ke masyarakat Belu melalui hubungan seksual yang juga mustahil ditutup karena terkait dengan perilaku seksual orang per orang.
Apa yang bisa dilakukan oleh Pemkab Belu untuk mencegah warga Belu tidak melakukan salah satu atau beberapa dari lima pintu masuk HIV/AIDS ini? Sama sekali tidak ada karena perilaku seksual berisiko tertular HIV/AIDS ini merupakan perilaku seksual yang bersifat pribadi.