Beberapa media online memberitakan pemerintah capai target tes Covid-19 yaitu 10.000 per hari, ternyata ini hoaks karena yang dicapai adalah jumlah SPESIMEN bukan jumlah ORANG yang tes Covid-19 ....
"Pemerintah Ungkap Faktor yang Bikin Target Tes Corona 10 Ribu Per Hari Tercapai." Ini judul berita di detikNews 20/5-2020. Informasi yang disampaikan di judul ini menyesatkan karena sejak tanggal 2 Maret 2020 belum pernah terjadi 10.000 orang jalani tes Covid-19 dengan spesimen swab memakai metode Polymerase Chain Reaction (PCR) dan Tes Cepat Molekuler (TCM).
Kalau benar pemerintah, dalam hal ini Presiden Joko Widodo (Jokowi), menargetkan tes spesimen 10.000 per hari hal ini benar-benar tidak masuk akal (sehat) karena seorang pasien Covid-19, dalam terminologi pemerintah disebut Pasien dalam Pengawasan (PDP), bisa berkali-kali jalani tes swab untuk memastikan ybs. tidak mengidap virus corona baru (Coronavirus Disease 2019/Covid-19).
Itu artinya seorang PDP saja bisa 3-5 kali memberikan spesimen swab untuk tes Covid-19. Tapi, orang yang jalani tes Covid-19 hanya 1 (satu). Jumlah spesimen yang dites tidak sama dengan jumlah orang yang jalani tes Covid-19.
Ada Perbedaan Antara SPESIMEN dan ORANG Terkait Tes Covid-19
Di lead berita disebutkan: Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19, Achmad Yurianto mengungkap alasan terlampauinya target pemeriksaan 10.000 spesimen terkait Corona per hari.
Dengan pernyataan ini detikNews juga meyakinkan pembacanya bahwa target pemerintah adalah SPESIMEN bukan ORANG yang jalani tes Covid-19.
Kita menghargai kerja kerja pemerintah, dalam hal ini Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, tapi menyampaikan informasi yang tidak benar juga tidak bisa kita terima. Dalam konteks kekinian informasi ini disebut hoaks (informasi bohong). Bukan berita bohong karena berita selama berpijak pada asas jurnalistik tidak pernah berbohong.
Keterangan Yuri, panggilan Achmad Yurianto, itu menyebutkan 'target pemeriksaan 10.000 spesimen'. Spesimen bukan orang. Satu orang bisa beberapa kali memberikan spesimen swab untuk dites.
Kalau memang Presiden Jokowi memberikan target jumlah spesimen itu keliru karena jumlah spesimen yang dites tidak sama dengan jumlah orang yang jalani tes Covid-19.