Lihat ke Halaman Asli

Syaiful W. HARAHAP

TERVERIFIKASI

Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Tanpa "Hari Valentine" pun Perzinaan Tetap Merajalela

Diperbarui: 14 Februari 2019   10:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (Sumber: rightquotes4all.com)

Disclaimer: Artikel ini bukan karena saya penggemar Hari Valentine, tapi hanya sebatas menyampaikan curahan hati berdasarkan fakta.

Entah apa yang ada di pikiran sebagian wartawan yang selalu mengaitkan kondom dengan Hari Valentine sebagai berita yang bombastis dan sensaional. Padahal, tanpa embel-embel valentine pun terjadi perzinaan (besar-besaran), seperti yang diungkap oleh Polda Jatim yang melibatkan 45 artis dan 100 model dalam pelacuran online.

Memang, banyak orang yang mengatakan di negeri ini tidak ada (lagi) pelacuran. Secara de jure itu benar karena sejak reformasi ada gerakan masif yang menutup lokalisasi pelacuran yang sebelumnya dijadikan sebagai pusat rehabilitasi dan resosialisasi pekerja seks komersial (PSK). Tapi, secara de facto zina, terutama dalam bentuk praktek pelacuran dengan berbagai modus bahkan melalui media sosial, terjadi di sembarang tempat dan sembarang waktu di Nusantara.

Polresta Banda Aceh berhasil mengungkap jaringan prostitusi online yang melibatkan perempuan cantik, al.mahasiswi dengan pelanggan mahasiswa, pejabat sampai pengusaha dengan tarif Rp 4 juta (bangka.tribunnews.com, 27/3-2018).

Begitu juga dengan di Provinsi Riau: Direktorat Reserse Kriminal Umum (Reskrimum) Polda Riau membongkar jaringan prostitusi online. Salah satu pekerja seks komersial (PSK) diketahui masih dibawah umur berinisial S (16) (news.okezone.com, 14/3-2017). Sedangkan di Sumsel: Polisi membongkar prostitusi berbasis online di Palembang, Sumatera Selatan. Hamka (28), seorang muncikari, ditangkap petugas di salah satu hotel bintang di Palembang yang disebutkan tarif sekali kencan Rp 10 juta (news.detik.com, 12/12-2017).

Ini di Banten: Polresta Tangerang berhasil me ngungkap jaringan prostitusi via WhatsApp (radarbanten.co.id , 7/4-2018). Polrestabes Bandung menangkap empat orang wanita, Minggu (6/1/2019) malam.Polisi menduga keempat wanita tersebut terkait prostitusi online (jabar.tribunnews.com, 7/1-2019).

Ini lebih dahsyat: Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Timur (Jatim) menjelaskan, 45 artis terlibat pelacuran online di bawah jaringan mucikari ES dan TN, berusia antara 19 hingga 30 tahun. Selain itu Polda Jatim juga memastikan ada 100 model yang terlibat prostitusi online. Polisi mengatakan mereka punya bukti berupa rekam jejak digital (inews.id, 12/1-2019).

[Baca juga: Prostitusi "Artis" (Bisa) Jadi Mata Rantai Penyebaran HIV/AIDS]

Ke kawasan Timur ada di Makassar, Sulsel: Resmob Polsek Panakukkang, Makassar, membongkar jaringan prostitusi online yang memakai media sosial Facebook dan WhatsApp (makassar.tribunnews.com, 4/10-2018). Sedangkan ini di Kalsel: Semua wilayah di Kalimantan Selatan ditengarai tak sepenuhnya bebas dari bisnis esek-esek dalam jaringan (daring) atau prostitusi online. Namun, aparat kepolisian mengaku sulit membuktikan lantaran kasus tersebut dinilai masih belum terjadi (apahabar.com, 15/1-2019).

Data di atas membuktikan tidak ada kaitan langsung antara Hari Valentine dengan zina dalam bentuk pelacuran atau prostitusi.

Lagi pula filososi Hari Valentine adalah memberikan permen, kembang dan hadiah lain kepada orang-orang yang dicintai pada setiap tanggal 14 Februari. Ada yang mengatakan ini berawal di Amerika Serikat dan di beberapa tempat di lain di Bumi. Pada awalnya Hari Valentine dirayakan oleh umat Kristen di Barat untuk menghormati orang-orang kudus. Tapi, belakangan bergeser dari sekedar perayaan agama ke nuansa romantisme cinta yang diselimuti oleh komersialisasi terkait perayaan kasih sayang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline