Lihat ke Halaman Asli

Syaiful W. HARAHAP

TERVERIFIKASI

Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

AIDS Jakarta, Aplikasi Jak-Track Penanggulangan HIV/AIDS di Hilir

Diperbarui: 4 Februari 2019   09:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (Sumber: internazionale.it)

Ada salah kaprah yang masif di Indonesia terkait penanggulangan HIV/AIDS, al. langkah-langkah penanganan terkait dengan epidemi HIV/AIDS yang dilancarkan hanya berkutat di hilir.

Dalam Laporan Ditjen P2P, Kemenkes RI, tanggal  21 Desember 2018, disebutkan jumlah kasus kumulatif HIV/ADS di DKI Jakarta pada priode 1987 sd. 30 September 2018 adalah 66.859 yang terdiri atas 57.075 HIV dan 9.784 AIDS dengan 1.881 kematian.

Seperti program Jak-Track yang disebut-sebut sebagai aplikasi untuk menanggulangi HIV/AIDS (tirto.id, 30/1-2019). Program ini ternyata ada di hilir: Oleh karena itu, aplikasi Jak-Track diharapkan bisa memberikan perasaan lebih aman bagi para pengidap untuk mengakses pengobatan.

Pengidap HIV/AIDS adalah orang-orang, dalam hal ini warga DKI Jakarta, yang sudah tertular HIV/AIDS yang terdeteksi melalui tes HIV sesuai dengan standar prosedur tes HIV yang baku. Itu artinya, informasi tentang mereka ini sudah tercatat di Dinas Kesehatan DKI Jakarta dan juga di Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Jakarta.

Disebutkan dalam berita : .... aplikasi Jak-Track dibuat untuk dapat memperoleh informasi yang terintegrasi terkait HIV/AIDS di Jakarta. Sistem informasi tersebut dibuat oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk dapat menjangkau lebih banyak pengidap HIV/AIDS sehingga penangannya bisa lebih optimal.

[Baca juga: Menakar Keampuhan Perda AIDS Jakarta]

Yang perlu diingat adalah setiap langkah yang dilakukan  terkait dengan HIV/AIDS jika menyasar pengidap HIV/AIDS itu artinya dilakukan di hilir. Maka, aplikasi Jak-Track yang dijalankan oleh Pemprov DKI Jakarta adalah langkah penanganan di hilir yaitu terhadap warga yang sudah tetular HIV/AIDS yang terdeteksi melalui tes HIV.

Soal stigma (cap negatif) yang sering dialami oleh pengidap HIV/AIDS, disebut juga Ohda yaitu Orang dengan HIV/AIDS, dalam epidemi HIV/AIDS juga terjadi di hilir yaitu setelah seorang warga tertular HIV yang dideteksi melalui tes HIV. Maka, pernyataan Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Widyastuti, yang menyebutkan bahwa pengidap HIV/AIDS masih kerap mengalami diskriminasi dan memperoleh stigma negatif ada di hilir.

Yang jadi pertanyaan adalah: Mengapa ada Odha warga DKI Jakarta yang harus di-track?

Soalnya, dalam berita disebutkan: Sistem informasi tersebut dibuat oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk dapat menjangkau lebih banyak pengidap HIV/AIDS sehingga penangannya bisa lebih optimal.

Di bagian lain disebutkan pula: Oleh karena itu, aplikasi Jak-Track diharapkan bisa memberikan perasaan lebih aman bagi para pengidap untuk mengakses pengobatan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline