Lihat ke Halaman Asli

Syaiful W. HARAHAP

TERVERIFIKASI

Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Talkshow Kecelakaan Pesawat Terbang, Spekulasi Jadi Berita

Diperbarui: 10 Januari 2021   14:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi kecelakaan pesawat. (sumber: Shutterstock via kompas.com)

Tim SAR sedang sibuk mencari dan menyelamatkan korban kecelakaan pesawat terbang Lion Air JT 610 dengan registrasi PK-LQP penerbangan Bandara Soekarno-Hatta ke Pangkal Pinang, Bangka Belitung (29/10-2018) yang jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat. 

Media, terutama media online dan media elektronik, dalam hal ini Stasiun Televisi, pun sibuk menyebarkan berita dan melangsungkan talkshow seputar kecelakaan itu.

Apa yang diberitakan dan isi talkshow?
Semua hanya spekulasi yang melibatkan narasumber dari berbagai pihak terkait dengan dunia penerbangan. Di stasiun televisi National Geographic ada siaran khusus tentang investigasi kecelakaan pesawat terbang. 

Materi siaran berpijak pada hasil investigasi dan analisis ahli berdasarkan rekamanan CVR (cockpit voice recorder) dan FDR (flight data recorder), melihat puing-puing pesawat, mengunjungi pabrik dan bengkel perawatan, wawancara dengan pihak terkait, dll.

Hal itu ibarat bumi dan langit jika dikaitkan dengan berita dan talkshow kecelakaan Lion Air JT 610. Maka, amatlah mengena ketika berita dan talkshow pada tahap investigasi yang dilakukan oleh KNKT (Komite Nasional Keselamatan Transportasi) meminta agar media lebih bijak. 

Investigator Keselamatan Penerbangan KNKT, Ony Soerjo Wibowo berharap selama investigasi berlangsung media bijak dalam menyampaikan pemberitaan (KNKT Minta Media Lebih Bijak, Kompas, 30/11-2918).

Beberapa laporan yang diikuti penulis di Sta TV NatGeo itu benar-benar memberikan gambaran riil tentang (penyebab) kecelakaan pesawat terbang. 

Bahkan, kecelakaan Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak ( 9/5-2012) sangat jelas dibeberkan sesuai dengan fakta berdasarkan analisis rekaman CVR dan FDR dan investigasi lokasi serta puing pesawat terbang. Tim investigasi juga mengunjungi pabrik pembuat pesawat terbang dan bengkel perawatan milik perusahaan penerbangan terkait.

Ilustrasi: Penyidik dari Dewan Keselamatan Transportasi Nasional (The National Transportation Safety Board/NTSB) AS, meneliti puing pesawat Asiana Airlines Nomor Penerbangan 214 yang jatuh dekat Bandara San Francisco, AS, 6/7-2013, yaitu Boeing 777-200ER yang membawa 307 penumpang dan awak (Sumber: wcpo.com/Courtesy NTSB).

Kecelakaan yang dialami oleh pesawat terbang Air Midwest jenis turboprop Beechcraft 1900D dengan nomor penerbangan 5481 yang melayani penerbangan berjadwal di Ame8rika Serikat dari Charlotte Douglas International Airport, North Carolina ke Greenville-Spartanburg International Airport, South Carolina tanggal 8 Januari 2003.

Kalau kecelakaan terjadi di Indonesia media massa dan media online pun ramai meramu informasi dari berbagai pihak. Setelah lepas landas hidung pesawat terbang itu menjulang bukan mendatar. 

Nah, kalau tidak ada analissis dan investigasi tentulah berbagai perkiraan dan dugaan yang akhirnya jadi spekulasi. Padahal, penyebabnya adalah muatan yang berlebihan karena salah hitung.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline