"Hari Prematur Sedunia" (World Prematurity Day) yang diperingati setiap tanggal 17 November merupakan bentuk perhatian dunia terhadap anak yang lahir prematur.
Selama ini banyak mitos (anggapan yang salah) seputar anak yang lahir secara prematur. Indonesia ada di peringkat ke-5 jumlah kelahiran anak prematur di dunia.
Seorang anak lahir prematur jika persalinan terjadi pada usia kehamilan (gestasi) kurang dari 37 minggu.
Padahal, priode emas tumbuh kembang anak terjadi pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) termasuk masa kehamilan 270 hari sejak pembuahan.
Karena lahir sebelum selesai masa kehamilan banyak orang yang salah memahami anak yang lahir prematur.
Anak lahir prematur berisiko menghadapi kondisi kesehatan yang berdampak pada tumbuh kembang anak pada jangka pendek dan jangka panjang.
"Maka, anak lahir prematur memerlukan perhatian khusus," kata dr Putri Maharani Tristanita Marsubrik, SpA (K), dokter anak konsultan neonatalogi di RSCM Jakarta, pada acara Bicara Gizi dengan tema "Dukung Si Kecil yang Lahir Prematur untuk Tumbuh Kembang Optimal" di Jakarta (17/11-2018).
Gaya Hidup
Dalam kaitan itulah Nutricia Sarihusada, Danone Indonesia Grup, mengajak orang tua dan masyarakat memahami kondisi anak prematur untuk memberikan ruang dan gerak bagi anak-anak prematur untuk tubuh kembang.
Kelahiran prematur di seluruh dunia dilaporkan terjadi pada 15 juta bayi setiap tahun. Angka ini diperkirakan akan terus bertambah. Di Indonesia disebutkan angka kejadian kelahiran prematur mencapai 15,5 persen setiap tahun.
Kelahiran prematur terjadi karena berbagai faktor. Tapi, di Tasmania, Australia, 669 bayi lahir prematur setiap tahun. Ini setara dengan 11,3 persen dari kelahiran. Angka rata-rata nasional di Australia kelahiran prematur mencapai 8,5 persen (ABC News, 11/11-2018). Fakta yang dikaitkan dengan kelahiran prematur di Tasmania adalah 1 dari 3 ibu muda berusia di bawah 20 tahun dan mereka merokok selama kehamilan.