Lihat ke Halaman Asli

Syaiful W. HARAHAP

TERVERIFIKASI

Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

"Hari Gini" Masih Ada Netizen Sebut ODHA Dikarantina

Diperbarui: 24 Oktober 2018   10:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Relawan Palang Merah China pada acara kesadaran AIDS di Hari AIDS Sedunia 1 Desember 2009 di stasiun kereta api selatan Beijing, untuk menyerukan dukungan pemerintah yang lebih baik untuk pengidap HIV/AIDS di China. (Sumber: theepochtimes.com/ AFP/Getty Images)

Tanggapan terhadap berita Idap HIV, Tiga Anak di Samosir Dilarang Sekolah dan Terancam Terusir (VOA Indonesia, 21/10-2018) menunjukkan tingkat pemahaman penanggap terhadap HIV/AIDS sebagai fakta medis.

[Baca juga: AIDS di Samosir, 3 Anak-anak Pengidap HIV/AIDS Terancam Diusir]

Coba simak ini: Seorang netizen dengan akun bernama Kristian Horison Pandumpi yang menulis bahwa anak-anak tersebut harus "dikarantina dengan tepat". (voaindonesia.com, 23/10-2018).

Kristian rupanya lupa kalau di masyarakat ada warga yang sudah mengidap HIV/AIDS tapi tidak terdeteksi. Nah, ini bagaimana Kristian?

Justru orang-orang yang diketahui status HIV-nya jauh lebih baik karena kita bisa menghindari perilaku-perilaku yang berisiko tertular HIV dengan mereka. Sebaliknya, kita tidak menyadari bahwa pasangan kita ternyata pengidap HIV/AIDS.

Seperti yang dialami seorang guru agama di Sumut ini. Dia heran mengapa anak keduanya lahir dengan HIV/AIDS? Tentu saja sebagai guru agama dia tidak pernah melakukan seks yang berisiko terjadi penularan HIV/AIDS. Ternyata HIV/AIDS pada anak keduanya berasal dari istri kedua.

[Baca juga: Guru Agama Ini Kebingungan Anak Keduanya Lahir dengan AIDS]

Lagi pula kalau setiap warga yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS kemudian dikarantina tentulah jadi masalah baru untuk menyiapkan karantina. Kalau seorang suami dikarantina, siapa yang mencari nafkah untuk istri dan anak-anaknya?

Jika dikarantina tentulah biaya hidup pengidap HIV/AIDS harus ditanggung pemerintah, sedangkan manfaatnya tidak ada.

Pemilik akun MrPunk yang menekankan yang dialami tiga bocah (3 anak-anak pengidap HIV/AIDS di Samosir, Sumut-pen.) itu adalah pertanda betapa pentingnya edukasi tentang HIV/AIDS, "agar tidak salah paham". (voaindonesia.com, 23/10-2018).

MrPunk benar. Seperti pernyataan nitizen Kristian di atas menunjukkan pemahaman dia terhadap HIV/AIDS sebagai fakta medis ada di titik nadir.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline