Heteroseksual Menjadi Penyebab Paling Banyak Kasus HIV/Aids di Kabupaten Semarang. Ini judul berita di jateng.tribunnews.com (16/10-2018). Priode Januari-Agustus 2018 terdeteksi 43 kasus HIV/AIDS di wilayah Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
Judul berita ini menyesatkan karena heteroseksual sebagai orientasi seksual yaitu ketertarikan secara seksual kepada lawan jenis bukan penyebab penularan HIV/AIDS.
Heteroseksual adalah salah satu faktor risiko pada penularan HIV/AIDS yaitu hubungan seksual, di dalam dan di luar nikah, antara laki-laki dan perempuan jika salah satu adau keduanya mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom.
Dalam berita disebutkan oleh Hasti Wulandari, Kepala Bidang Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, Dinkes Kabupaten Semarang, Jateng, terjadi peningkatan angka prosentase kasus HIV/AIDS menurut faktor risiko homoseksual.
Sampai Agustus 2018 kasus HIV/AIDS dengan faktor risiko heteroseksual sebanyak 71 persen turun dari 89 persen tahun sebelumnya, homoseksual 27 persen dari 10 persen tahun sebelumnya, dan biseksual 2 persen.
Jika dikaitkan dengan epedemi HIV/AIDS yang jadi persoalan adalah kasus HIV/AIDS pada kalangan heteroseksual dan biseksual karena mereka mempunyai pasangan tetap yaitu istri dan pasangan seks lain di masyarakat.
Sedangkan homoseksual, dalam hal ini gay, tidak mempunyai pasangan tetap sehingga kasus HIV/AIDS pada gay hanya ada di komunitas mereka.
Dengan persentase kasus HIV/AIDS pada heteroseksual yang mencapai 71 persen tidak bisa dianggap remeh karena kalau HIV/AIDS pada laki-laki dewasa, maka itu artinya akan terjadi penyebaran HIV/AIDS secara horizontal di masyarakat, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.
Disebutkan oleh Hasti: "Meningkatnya kasus HIV pada homoseksual dari kalangan karyawan kemungkinan adanya sejumlah pabrik yang menerapkan sistem sift kerja."
Anggapan ini bisa memojokkan perusahaan karena dikesankan ada karyawan homoseksual yang melakukan seks anal di perusahaan sehingga terjadi penularan HIV.
Sayang, wartawan yang menulis berita ini tidak memaparkan kasus HIV/AIDS pada kalangan heterosekual, misalnya, berapa kasus HIV/AIDS yang terdeteksi pada ibu hamil. Selanjutnya apakah suami-suami ibu hamil yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS menjalani tes HIV.