Lihat ke Halaman Asli

Syaiful W. HARAHAP

TERVERIFIKASI

Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Ketakutan Kena AIDS Setelah Petting dengan Terapis

Diperbarui: 10 September 2018   03:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (Sumber: Onlymyhealth)

Tanya Jawab AIDS No 3/September 2018

Pengantar. Tanya-Jawab ini adalah jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang dikirim melalui surat, telepon, SMS, dan e-mail. Jawaban disebarkan tanpa menyebut identitas yang bertanya dimaksudkan agar semua pembaca bisa berbagi informasi yang akurat tentang HIV/AIDS. Tanya-Jawab AIDS ini dimuat di: "AIDS Watch Indonesia" (http://www.aidsindonesia.com) dan kompasiana.com/infokespro. Yang ingin bertanya, silakan kirim pertanyaan ke Syaiful W. Harahap, melalui: (1) Telepon (021) 8566755, (2) e-mail: aidsindonesia@gmail.com, (3) SMS 08129092017, dan (4) WhatsApp:  0811974977. Redaksi.

*****

Tanya: Akhir-akhir ini saya resah. Saya mau tanya: (1) Apakah petting bisa tertular penyakit HIV? (2) Jika ada cairan vagina tersentuh, apakah bisa tertular HIV? Saya petting dengan terapis di panti pijat ++. Saya tidak menyadari apakah waktu itu ASI-nya kesedot atau tidak. Saya sudah nggak akan gituan lagi dan saya jadi takut dengan hidup saya. (3) Saya ingin tes HIV setelah petting, nunggu waktu berapa minggu, biar tahu kalau ada virus atau enggak?

Via WA (8/9-2018)

Jawab: (1) Saudara melakukan petting (kegiatan-kegiatan seksual tanpa penetrasi dengan memakai tangan dan alat kelamin), al. mencium payu dara terapis. Persoalan utama Saudara adalah: apakah terapis itu mengidap HIV/AIDS atau tidak? Dalam hal ini terapis itu seorang perempuan dengan perilaku seksual yang berisiko tertular HIV/AIDS karena sering ganti-ganti pasangan seksual.

Mencium dan mengisap puting terapis bisa ada risiko penularan HIV kalau terapis mengidap HIV/AIDS. Air susu ibu (ASI) merupakan salah satu cairan yang bisa jadi media penularan HIV/AIDS. Yang jadi masalah tidak bisa diketahu apakah terapis tsb. mengidap HIV/AIDS atau tidak dengan hanya melihat fisiknya.

(2) Cairan vagina juga menjadi media penularan HIV kalau ybs. mengidap HIV/AIDS. Tidak jelas yang Saudara lakukan pada petting, apakah hanya memakai jari atau juga dengan memakai penis. Nah, kalau penis bersentuhan dengan cairan vagina ada risiko penularan HIV kalau terapis mengidap HIV/AIDS.

(3) Risiko Saudara memang kecil, tapi untuk menghilangkan kekhawatiran bisa juga menjalani tes HIV secara sukarela di Klinik-klinik VCT di Puskesmas atau rumah sakit di tempat Saudara. Agar hasil tes akurat Saudara harus menunggu minimal tiga bulan ke depan baru tes HIV.

Jika Saudara melakukan tes HIV Saudara akan menerima konseling sebelum dan sesudah tes HIV. Kalau hasilnya negatif Saudara akan diajak untuk tidak melakukan perilaku berisiko tertular HIV/AIDS. Jika hasil tes positif, Saudara akan ditangani secara medis untuk melanjutkan kehidupan. *

Dok Pribadi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline