"HIV Aids ini belum ada obat yang ampuh untuk mengatasi permasalah ini, obat yang ampuh adalah menjaga perilaku dalam berhubungan dengan sesuai dengan ajaran agama yang ada. Aids ini biasanya sangat berisiko dalam hubungan diluar nikah, perilaku seksual ini sangat menentukan dalam rangka mencegah Aids di Kota Pangkalpinang." Ini dikatakan oleh Plt Walikota Pangkalpinang, Bangka Belitung, M Sopian, dalam berita Penderita HIV/Aids di Pangkalpinang Capai 200 Orang (klikbabel.com, 14/8-2018).
Dikatakan: .... Aids ini biasanya sangat berisiko dalam hubungan diluar nikah, perilaku seksual ini sangat menentukan dalam rangka mencegah Aids di Kota Pangkalpinang.
Pernyataan di atas merupakan salah satu bentuk mitos (anggapan yang salah) terkait dengan fakta medis tentang cara-cara penularan HIV/AIDS. Penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual bisa terjadi bukan karena sifat hubungan seksual (di luar nikah), tapi karena kondisi hubungan seksual yaitu salah satu atau dua-duanya mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom setiap kali melakukan hubungan seksual.
Mungkin yang disebut di luar nikah dalam pernyataan Sopian itu terkait dengan pelacuran. Dalam hubungan seksual dengan pekerja seks komersial (PSK) sekalipun tidak otomatis terjadi penularan HIV/AIDS. Itu merupakan perilaku berisiko jika laki-laki 'hidung belang' tidak memakai kondom.
Sebaliknya, pada hubungan seksual di dalam nikah bisa terjadi penularan HIV/AIDS jika salah satu mengidap HIV/AIDS dan suami tidak memakai kondom setiap kali seks. Laki-laki dan perempuan yang melakukan kawin-cerai dan kawin-kontrak juga merupakan perilaku berisiko tertular HIV jika laki-laki tidak memakai kondom.
Jumlah kasus kumulatif HIV/AIDS di Kota Pangkalpinang disebutkan 200. Tapi, yang perlu diingat adalah angka ini tidak menggambarkan kasus HIV/AIDS secara riil di masyarakat. Soalnya, epidemi HIV/AIDS erat kaitannya dengan fenomena gunung es.
Kasus yang terdeteksi, dalam hal ini di Kota Pangkalpidang sebanyak 200, digambarkan sebagai puncak gunung es yang muncul ke atas permukaan air laut. Sedangkan kasus yang tidak terdeteksi digambarkan sebagai bongkahan gunung es di bawah permukaan air laut.
Dikatakan pula oleh Sopian: ".... penderita Aids ini selalu tersembunyi dan ini yang membuat masalahnya, ...."
Orang-orang yang sudah terdeteksi mengidap HIV/AIDS melalui tes HIV yang sesuai dengan standar prosedur operasi tes HIV yang baku tidak akan pernah bersembunyi karena mereka sudah menjalani konseling. Mereka sudah sepakat akan menghentikan penularan HIVmulai dari diri mereka. Selain itu ada di antara mereka yang harus meminum obat antiretroviral (ARV) sehingga tidak mungkin sembunyi.
Yang jadi masalah besar adalah warga yang sudah tertular HIV tapi tidak terdeteksi. Mereka akan jadi mata rantai penyebaran HIV di masyarakat, terutama melaluhi hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah, tanpa mereka sadari. Hal ini bisa terjadi karena warga yang tertular HIV tidak mengalami gejala-gejala yang khas AIDS pada fisik dan keluhan kesehatan.
Maka, yang diperlukan Pemkot Pangkalpinang adalah membuat regulasi untuk mendeteksi warga pengidap HIV/AIDS yang tidak terdeteksi. Tanpa langkah konkret, maka penyebaran HIV/AIDS di Kota Pangkalpinang akan terus terjadi yang kelak bermuara pada 'ledakan AIDS'. *