Lihat ke Halaman Asli

Syaiful W. HARAHAP

TERVERIFIKASI

Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Siapa, Sih, Pemberi Stigma Terhadap LGBT?

Diperbarui: 3 September 2018   09:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (Sumber: fotolia.com)

Banyak kalangan, seperti aktivis AIDS, pakar, termasuk pemerintah, yang mengatakan bahwa stigma (pemberian cap buruk) terhadap LGBT (lesbian, gay, biseksual dan transgender) menghambat penanggulangan HIV/AIDS.

Celakanya, mereka juga yang menyuburkan stigma yang pada gilirannya mendorong masyarakat melakukan diskriminasi (perlakuan berbeda) terhadap LGBT dengan pernyataan-pernyataan yang bombastis dan sensasional melalui media massa dan media online yang disebarkan melalui media sosial.

Silakan simak judul-judul berita di bawah ini.

LGBT Gaya Hidup yang Potensial Menyebarkan Penyakit HIV/AIDS (tribunnews.com, 23/1-2018). Pada lead ada kutipan: Rosmelia, dosen Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (UII) mengatakan bahwa Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) merupakan gaya hidup yang potensial menyebarkan infeksi penyakit HIV/AIDS.

Pernyataan di atas tidak akurat karena belum ada laporan kasus HIV/AIDS pada lesbian. Seks pada lesbian (tidak penetrasi) bukan faktor risiko penularan HIV.

Sedangkan gay hanya menyebarkan HIV/AIDS di komunitas gay. Transgender bukan menyebarkan karena laki-laki heteroseksual yang menularkan HIV kepada mereka yang selanjutnya ada pula laki-laki heteroseksual yang tertular HIV/AIDS dari transgender.

Yang potensial justru biseksual (secara seksual tertarik ke laki-laki dan perempuan) karena kalau dia seorang laki-laki, maka dia jadi jembatan dan mata rantai penyebaran HIV/AIDS ke komunitas LSL (Lelaki Suka Seks Lelaki) dan istri atau pasangan seksnya yang lain.

Maka judul dan lead berita ini menguatkan stigma terhadap LGBT dan mendorong diskriminasi bagi LGBT.

Yang jauh lebih potensial menyebarkan HIV/AIDS adalah laki-laki heteroseksual yang perilaku seksnya berisiko tinggi tertular HIV, al. sering melakukan hubungan seksual tanpa kondom, di dalam dan di luar nikah, dengan perempuan yang berganti-ganti atau dengan perempuan yang sering ganti-ganti pasangan yaitu pekerja seks komersial (PSK). Bahkan, ada laki-laki heteroseksual yang istrinya lebih dari satu. Celakanya, perilaku seks laki-laki heteroseksual selalu diabaikan.

(Baca juga: Bukan LGBT, Tapi Heteroseksual Penyebar HIV/AIDS yang Potensial).

Ini juga ngawur: 117 LGBT di Kota Tangerang Terjangkit HIV/AIDS (news.okezone.com, 27/12-2017). Secara faktual belum ada laporan kasus HIV/AIDS dengan faktor risiko lesbian.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline