Lihat ke Halaman Asli

Syaiful W. HARAHAP

TERVERIFIKASI

Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Menyoal Kontribusi Roy Suryo untuk Asian Games 2018

Diperbarui: 2 September 2018   16:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (Sumber: sports.okezone.com)

*Asian Games 2018 ibarat warisan tak bertuan karena tidak ada 'cetak biru' ....

Jauh-jauh hari sebelum pembukaan pesta olahraga terbesar di Asia, yaitu Asian Games 2018, nada-nada sumbang muncul bagaikan fake news karena bertolak belakang dengan fakta. Tapi, ibarat kafilah, Asian Games 2018 terus dipersiapkan biar pun gonggongan bertubi-tubi. Hasilnya, Indonesia masuk 4 besar dengan 31 medali emas. Pencapaian terbaik sepanjang sejarah keikutsertaan republik dalam Asian Games.

Semisal 'semprotan' Ketum Gerindra, Prabowo Subianto, yang menyalahkan pemerintah menjadi tuan rumah Asian Games 2018 karena habiskan triliunan rupiah uang rakyat. Ini jelas salah sasaran karena Pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla justru 'ketiban pulung' karena yang menerina Asian Games adalah Pemerintahan SBY-Boediono sebelum sebelum lengser (19 September 2014), sedangkan Jokowi-JK dilantik tanggal 20 Oktober 2014/

(Baca juga: Asian Games 2018, SBY yang Terima, Jokowi yang Disemprot Prabowo)

Lalu, Menpora di Pemerintah SBY-Boediono, Roy Suryo, pun angkat bicara. Kepada Tribunnews Roy berujar: "Optimis perlu namun harus realistis juga." (wow.tribunnews.com, 5/8/2018). Ini merupakan tanggapan terhadap Presiden Jokowi yang menargetkan Indonesia masuk 10 besar Asian Games. Tentu saja Jokowi memakai pijakan perhitungan yang masuk akal.

Roy memberikan alasan mengapa dia kurang yakin dengan target Jokowi karena persiapan Asian Games Ke-18 tahun 2018 di Jakarta dan Palembang terkesan mendadak. Menurut Roy tidak hanya mempersiapan sarana dan prasarana sebagai tuan rumah tapi juga persiapan atlet.

Roy berujar, seperti dikutip Tribunnews: "Dengan pelaksanaan kurang dari 2 Minggu lagi dan cukup (banyaknya) 'kebijakan instant' yang dilakukan menjelang hari-H, misalnya Trial and error buka-tutup Pintu Tol, Genap-Ganjil yang mengorbankan Warga, Penanganan Kali Setiong, dan sebagainya menunjukkan kurang siapnya Indonesia menyambut event besar 4 tahunan ini."

Ini ibarat 'menepuk air di dulang terpercik muka sendiri'. Roy lupa atau pura-pura lupa kalau Asian Games 2018 diterima Pemerintahan SBY-Boediono ketika Roy menjabat Menteri Pemuda dan Olahraga.

Apa yang diwariskan Roy terkait Asian Games 2018? Big nothing ....

Pemerintahan Jokowi-JK 'menerima' warisan tak bertuan dari SBY-Boediono karena tidak ada 'cetak biru' Asian Games 2018. Semula yang menawarkan diri adalah Kota Surabaya tapi kalah dari Kota Hanoi, Vietnam. Belakangan Vietnam mengundurkan diri dengan alasan ekonomi dan tawaran ke Indonesia diterima Pemerintahan SBY-Boediono.

Maka, ada kesan jangan-jangan Asian Games 2018 bagaikan 'jebakan betemn' untuk Pemerintahan Jokowi-JK karena tidak ada alasan untuk menolak jadi tuan rumah.

(Baca juga: Jangan-jangan Asian Games 2018 adalah "Jebakan Batman"?)

Ada implikasi ekonomis, politis dan pergulan internasional yang sangat besar kalau Pemerintahan Jokowi-JK menolak jadi tuan rumah Asian Games 2018. Dengan kondisi ini Roy justru bertanya-tanya terkait kemungkinan tercapainya target tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline