Foto-foto di media massa dan gambar di televisi, foto di media online serta media sosial terkait dengan bencana, dalam kaitan ini contohnya gempa Lombok, NTB, yang terjadi pada tanggal 5 Agustus 2018, pukul 19:46 WITA, dengan kekuatan 7 Skala Richter rata-rata menunjukkan kerusakan, kesedihan, kematian dan keputusaasaan.
"Untuk apa Saudara foto puing-puing dan korban, toh mereka tidak bisa hidup lagi." Inilah yang dikatakan seorang warga Chili kepada seorang fotografer yang sedang memotret dampak kerusakan fisik gempa dengan kekuatan 8,8 Skala Richter yang mengguncang Chili pada tanggal 27 Februari 2010 di lepas pantai Concepcion.
Foto-foto yang ditampilkan dalam suasana duka, termasuk mem-posting foto keluarga yang dirawat di rumah sakit dan jasad anggota keluarga, terjadi karena hanya memakai sudut pandang (angle) tentang informasi belaka. Maka, muncullah gambar-gambar yang memilukan tapi tidak mengubah keadaan.
Fotografer tadi memahami keluhan warga. Hasilnya?
Foto-foto yang dia tampilkan kemudian tidak lagi menggambarkan kematian, kesedihan, kerusakan, dll. akibat goncangan gempa, tapi fotografer itu kemudian memakai perspektif sebagai pijakan foto, seperti kehidupan dan kegiatan setelah gempa. Dengan memakai perspektif yang dilihat bukan lagi kedukaan tapi sisi kehidupan sebagai penyemangat.
Ada foto dua anak kecil dengan latar belakang tembok yang runtuh sebagian. Anak-anak itu menunjukkan wajah seakan sedang difoto sebagai 'foto model'. Kedua anak tadi berfoto lagi di tempat yang sama beberapa tahun kemudian dengan suasana yang jauh berbeda. Mereka sudah beranjak remaja dengan gaya dan pakaian sesuai dengan umur mereka. Inilah salah satu bentuk foto humanis dengan pengharapan.
Lalu ada foto petani anggur yang memegang alat-alat pertanian. Ini menggambarkan bahwa mereka akan kembali ke ladang menanam anggur. Gempa menghancurkan ladang anggur mereka.
Foto-foto dengan perspektif akan membangkitkan semangat korban, dalam hal ini korban gempa, daripada memotret suasana duka penuh dengan kegelisahan, kemurungan dan keputusasaan. Sebuah pelajaran yang berharga dari bencana. (Nat Goe People dan sumber-sumber lain). *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H