Lihat ke Halaman Asli

Syaiful W. HARAHAP

TERVERIFIKASI

Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Quo Vadis (Penanganan) Pariwisata Indonesia

Diperbarui: 8 Agustus 2018   12:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wisman bergegas meninggalkan Lombok (Sumber: dw.com)

Wisman Ramai-ramai Tinggalkan Lombok. Ini judul berita di "Deutsche Welle" (dw.com, 8/8-2018) dengan ilustrasi foto antrean wisatawan mancanegara (Wisman) di bandara.

Disebutkan: Wisatawan asing bergegas ingin meninggalkan Lombok usai gempa bumi kedua dalam sepekan yang menewaskan setidaknya 105 orang. Mereka diberangkatkan ke Bali dengan menggunakan kapal laut dan pesawat udara.

Jika dikaitkan dengan harapan Presiden Jokowi untuk mendatangkan 20 juta Wisman ke Indonesia tahun depan (2019), kejadian di Lombok itu merupakan antiklimaks dari upaya untuk mendatangkan Wisman ke Indonesia (Baca juga: Menggapai 20 Juta Wisman yang Ditargetkan Jokowi).

Kejadian itu benar-benar tidak masuk akal. Wong gempa sudah tidak ada. Apa yang ditakutkan Wisman itu? Apa yang membuat mereka hengkang dari Lombok (baca: Indonesia)?

Apakah tidak ada upaya-upaya persuasif untuk memberikan rasa aman kepada warga dan Wisman?

Secara naluri warga dan Wisman sudah memahami risiko tinggal dan berwisata ke pulau-pulau kecil, al. cuaca buruk dan tsunami. Tapi, langkab yang ditempuh instansi terkait yang mengevakuasi Wisman dan warga dari tiga pulau Gili justru tidak arif (Baca juga: Nasib Warga dan Wisatawan di Pulau-pulau Kecil Ketika Tsunami). Disebutkan bahwa lebih dari 4.600 Wisman dievakuasi dari tiga pulau gili yaitu Gili Air, Gili Meno dan Gili Trawangan.

Kerumunan warga dan Wisman di salah satu pulau gili menunggu diangkut ke darat (Pulau Lombok) setelah ada rumor tsunami (Sumber: dw.dom)

"Ada banyak yang ingin kembali ke Lombok (maksudnya dari pulau-pulau gili=pen.) karena munculnya rumor palsu seperti Tsunami," kata Muhammad Faozal, Kepala Dinas Pariwisata NTB. "Kami bisa membantu wisatawan kembali ke bandara, tapi kami tentunya tidak bisa memberikan tiket gratis," imbuhnya sembari menambahkan Dinas Pariwisata menyediakan akomodasi, makanan dan transportasi gratis untuk turis yang terdampar (dw.com, 8/8-2018).

Seperti yang dikatakan oleh Wisman asal Inggris ketika mereka berlari ke bukit di salah satu pulau gili yang dia dengar adalah teriakan warga yang mengatakan 'tsunami akan datang'. Ini terjadi karena tidak ada informasi yang resmi dari instansi terkait (ABC News, 6/8-2018).

Evakuasi itu mengesankan akan ada lagi gempa susulan yang besar dengan potensi tsunami. Warga dan Wisman berkumpul di pantai menunggu diangkut ke darat (Pulau Lombok). Kalau ada gempa dengan potensi tsunami tentulah evakuasi itu justru berbahaya karena akan dihantam gelombang besar yang ditimbulkan tsunami.

Kalau di tiga pulau gili itu ada tempat yang diperkirakan tidak tersentuh lidah gelombang tsunami, tentulah lebih aman di tempat itu. Jika dibandingkan dengan risiko naik kapal laut ke darat kalau memang evakuasi itu dilakukan karena ada kekhawatiran akan tejadi lagi tsunami susulan.

Padahal, tidak ada yang bisa memperkirakan kapan akan terjadi gempa (lagi). Sedangkan gempa susulan setelah gempa utama magnitudonya akan terus berkurang sehingga jelas tidak akan menimbulkan tsunami.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline