Lihat ke Halaman Asli

Syaiful W. HARAHAP

TERVERIFIKASI

Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

AIDS di Bali, Pernyataan Pengelola Program AIDS yang Mencengangkan

Diperbarui: 5 Juli 2018   11:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (Sumber: india.curejoy.com)

Cara berpikir Pengelola Program Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Bali, Yahya Anshori, ini benar-benar mencengangkan bahkan kontra produktif untuk penanggulangan epidemi HIV/AIDS di Indonesia.

Disebutkan oleh Ansori dalam berita Mencengangkan, 75 Persen Penderita HIV/AIDS di Bali, Usia Produktif di radar.jawapos.com/baliexpress (1/7-2018): dari 18.000 kasus HIV/AIDS Bali, .... 75 persennya adalah kelompok usia 15-39 tahun yang merupakan kelompok usia yang masih produktif. "Yang mencengangkan malah 75 persen adalah usai produktif."

Pernyataan Anshori itu tidak masuk akal saya karena dia sebagai pengelola program di institusi penanggulangan HIV/AIDS. Secara empiris kasus HIV/AIDS pada usia 15-39 tahun adalah orang-orang dengan tingkat libido seks yang tinggi. Itu artinya mereka harus menyalurkan dorongan seksual melalui hubungan seksual karena tidak ada substitusi dorongan seksual selain hubungan seksual. Bisa juga dengan onani dan masturbasi, tapi ini tidak menuntaskan hasrat seksual pada usia itu

Lalu, apanya yang mencengankan Tuan Anshori?

Libido seks pada usia 15-39 adalah hal yang alamiah dan ini kabar gembira karena mereka ada dalam kondisi yang sehat. Bayangkan kalau pada usia itu libido seks ada di titik nadir. Ini baru jadi masalah dan mencegangkan, Tuan Anshori.

Kalau mau, maaf, cari sensasi atau bikin sensasi tolonglah jangan mempermainkan kasus HIV/AIDS karena pemahaman terhadap HIV/AIDS pada sebagian besar orang masih diselimuti mitos (keyakinan atau gagasan yang dipegang luas namun salah),

Sampai sekarang banyak kalangan yang selalu mengait-ngaitkan penularan HIV/AIDS dengan zina, seks menyimpang, homoseksual, pelacuran, dll. Padahal, penularan HIV melalui hubungan seksual bukan karena sifat hubungan seksual (zina, seks menyimpang, seks bebas, homoseksual, dll.), tapi karena kondisi pada saat terjadi hubungan seksual di dalam dan di luar nikah (salah satu atau keduanya mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak pakai kondom). Ini fakta dan bukan fakta baru.

Kalau saja Tuan Anshori mau memakai pola ini: mengapa banyak kasus HIV/AIDS pada usia 15-39 tahun, dan bagaimana HIV menular kepada mereka di usia 15-39 tahun tentulah penjelasan HIV/AIDS melalui berita tsb. akan lebih berguna dalam upaya penanggulangan HIV/AIDS. Soalnya, berita sensasi tidak akan pernah menjadi agent of change yang efektif dalam upaya mengajak masyarakat lebih peduli untuk menanggulangi epidemi HIV.

Dalam berita disebutkan: Virus HIV/AIDS menyerang kekebalan tubuh seseorang yang terinfeksi dan penyebarannya sendiri dapat melalui kontak fisik melalui darah, jarum suntik, transfusi darah bahkan dari ibu kepada anak yang dikandungnya.

Pertama, HIV sebagai virus tidak menyerang sistem kekebalan tubuh orang yang terinfeksi HIV. Sebagai retrovirus HIV menggandakan diri di sel-sel darah putih orang yang terinfeksi HIV dengan menjadikan sel darah putih sebagai 'pabik' untuk memproduksi virus (HIV) baru yang jumlanya miliran copy per hari. Nah, virus-virus yang baru itu pun menjadikan sel darah putih sebagai 'pabri'. Begitu seterusnya. Akibatnya, banyak sel darah putih yang rusak. Pada satu kondisi sampailah ke masa AIDS (secara statistik antara 5-15 tahun setelah tertular HIV).

Kedua, kontak fisik melalui darah tidak akurat karena hal ini hanya bisa terjadi kalau ada darah pengidap HIV/AIDS yang terpapar ke tubuh orang. Penularan bisa terjadi kalau ada luka-luka mikroskopis di kulit orang yang terpapar darah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline