Lihat ke Halaman Asli

Syaiful W. HARAHAP

TERVERIFIKASI

Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Homoseksual dan AIDS di Kota Payakumbuh

Diperbarui: 27 Februari 2018   16:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: star2.com

Dari 15 kasus HIV/AIDS yang terdeteksi di Kota Payakumbuh, Sumatera Barat, pada tahun 2017 disebutkan 5 di antaranya terdeteksi pada kalangan LSL (Lelaki Suka Seks Lelaki) yaitu laki-laki homoseksual (gay). Disebutkan "LSL dianggap menjadi faktor yang cukup signifikan terhadap penularan HIV/Aids di Kota Payakumbuh." (harianhaluan.com, 8/2-2018).

Jika LSL yang dimaksud adalah gay, maka penyebaran HIV/AIDS hanya terjadi pada komunitas gay. Akan lain halnya kalau di antara 5 LSL itu ada laki-laki biseksual. Soalnya, laki-laki biseksual adalah laki-laki dengan orientasi heteroseksual, bisa yang punya istri, tapi juga melakukan hubungan seksual, dalam hal ini seks anal, dengan laki-laki.

Yang dikhawatirkan yang disebut 5 LSL itu ada waria (transgender). Pelanggan waria adalah laki-laki heteroseksual yang beristri. Akibatnya, laki-laki beristri akan jadi jembatan penyebaran HIV/AIDS dari masyarakat ke komunitas waria dan sebaliknya, terutama kepada istri atau pasangan seksual lain.

"LSL 44 Kali lebih gampang tertular HIV/AIDS. Oleh karena itu, penanganan terhadap LSL ini menjadi salah satu fokus bagi kami sebagai petugas kesehatan dalam menanggulangi penyebaran HIV/AIDS." Ini disebutkan oleh Kepala Puskesmas Lampasi, dr Harika Putra, dalam satu seminar di Payakumbuh (7/2).

Ada beberapa hal terkait dengan pernyataan dr Harika ini, yaitu:

Pertama, risiko tertular HIV bukan karena orientasi seksual, dalam hal ini homoseksual yaitu LSL, tapi karena kondisi saat terjadi hubungan seksual, baik seks vaginal, seks oral dan seks anal (salah satu mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom).

Kedua, disebutkan bahwa 44 kali lebih gampang tertular HIV/AIDS itu terjadi kalau salah satu dari pasangan LSL itu mengidap HIV/AIDS dan melakukan seks anal dengan kondisi yang menganal tidak memakai kondom.

Ketiga, kalau LSL yang dimaksud hanya gay (homoseksual) maka kasus HIV/AIDS pada mereka ada di terminal terakhir. Artinya, gay yang tertular HIV tidak jadi mata rantai penyebaran HIV karena tidak mempunyai pasangan perempuan. Bandingkan dengan laki-laki heteroseksual yang beristri akan jadi mata rantai penyebarna HIV jika laki-laki ini tertular HIV. Menularkan HIV ke istri atau pasangan seks lain.

Maka, penanggulangan HIV/AIDS bukan berfokus pada LSL yang gay, tapi pada LSL yang biseksual dan laki-laki heteroseksual.

Seorang LSL, dalam hal ini gay, yang mengidap HIV/AIDS hanya punya 1 pasangan tetap. Sedangkan seorang laki-laki biseksual yang mengidap HIV/AIDS akan menyebarkan HIV ke istri, laki-laki pasangannya dan perempuan lain, bisa sebagai isteri atau pekerja seks komersial (PSK).

Sedangkan seorang PSK setiap malam melayani 3 - 5 laki-laki heteroseksual. Kalau PSK tsb. mengidap HIV/AIDS, maka puluhan bahkan ratusan laki-laki setiap bulan yang berisiko tertular HIV.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline