Lihat ke Halaman Asli

Syaiful W. HARAHAP

TERVERIFIKASI

Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

AIDS di Brebes Bukan Penderita Baru, tapi Kasus yang Baru Terdeteksi

Diperbarui: 16 Januari 2018   10:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (Sumber: Depositphotos)

Hasil tes HIV akurat jika darah diambil minimal tiga bulan setelah tertular HIV atau tiga bulan sejak hubungan seksual atau perilaku seksual yang berisiko tertular HIV. Itu karena tes HIV bukan mencari virus (HIV) di darah tapi mendeteksi antibody HIV yang baru terbentuk setelah tiga bulan virus (HIV) ada di dalam tubuh.

Perilaku seksual yang berisiko tinggi tertular HIV, al.:

(1). Laki-laki dan perempuan dewasa yang sering melakukan hubungan seksual, di dalam dan di luar nikah, dengan pasangan yang berganti-ganti dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom, dan

(2). Laki-laki dewasa yang sering melakukan hubungan seksual seseorang yang sering berganti-ganti pasangan, seperti pekerja seks komersial (PSK), dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom.

Maka, orang-orang yang terdeteksi HIV bukan kasus penularan baru karena bisa saja mereka sudah tertular beberapa bulan atau beberapa tahun sebelum tes HIV. Itulah sebabnya pernyataan dalam berita (Jumlah Penderita HIV/AIDS di Brebes Tiap Tahun Meningkat, detiknews, 22/11-2017): "Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, mencatat, jumlah penderita baru HIV/AIDS tahun 2017 mengalami peningkatan di banding tahun sebelumnya" tidak pas.

Mereka yaitu orang-orang yang yang terdeteksi HIV melalui tes HIV bukan penderita baru karena bisa saja mereka sudah tertular jauh sebelum tes HIV. Mereka itu adalah pengidap HIV yang baru terdeteksi melalui tes HIV.

Selain itu pemakaian kata 'penderita' tidak tepat karena orang-orang yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS tidak otomatis menderita karena banyak di antaranya yang belum mengidap penyakit-penyakit lain, disebut infeksi oportunistik.

Penyebutan yang lebih pas adalah HIV-positif. Kalau sudah masuk masa AIDS (secara statistik antara 5-15 tahun setelah tertular HIV) disebut pengidap HIV/AIDS. Agar lebih mudah pakailah Odha (Orang dengan HIV/AIDS) yang jauh lebih netral dan dinamis (Pers Meliput AIDS, Syaiful W Harahap, The Ford Foundation/Pusrtaka Sinar Harapan, Jakarta, 2000).

Catatan Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes menunjukkan jumlah kasus kumulatif HIV/AIDS di Brebes sejah tahun 2006 mencapai 162 dengan 125 kematian. Yang perlu diingat adalah angka yang dilaporkan (162) hanya sebagian kecil dari kasus yang ada di masyarakat karena epdemi HIV/AIDS erat kaitannya dengan fenomena gunung es. Jumlah yang terdeteksi digambarkan sebagai puncak gunung es yang muncul ke atas permukaan air laut, sedangkan kasus yang tidak terdeteksi di masyarakat digambarkan sebagai bongkahan gunung es di bawah permukaan air laut.

Yang sangat disayangkan adalah informasi HIV/AIDS selalu mengedepankan sensasi. Lihat saja pernyataan ini: Kasi Pencegahan, Pengendalian Penyakit Menular dan Tidak Menular, Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes, Ismawan Nur Laksono, menyatakan, dari hasil pendataan diketahui juga jumlah penderita terbesar berasal dari kaum Lelaki Suka Lelaki (LSL) atau gay. Prosentasenya mencapai 30 persen dari total jumlah penderita yang ada. Diurutan kedua, berasal dari ibu rumah tangga sebesar 20 persen.

Kalau saja informasi akurat, maka heteroseksual tentu lebih banyak daripada LSL karena ada 20 persen ibu rumah tangga dan suami ibu-ibu rumah tangga tsb. juga heteroseksual.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline