Lihat ke Halaman Asli

Syaiful W. HARAHAP

TERVERIFIKASI

Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Di Kabupaten Natuna Mencegah Penularan HIV/AIDS dengan Mendirikan Klinik VCT

Diperbarui: 30 September 2016   08:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dinkes Tambah Lima Klinik VCT untuk Cegah Penularan HIV/AIDS.” Ini judul berita di batampos.co.id(23/9-2016). Judul berita ini benar-benar tidak masuk akal karena:

Pertama, klinik VCT adalah sarana kesehatan yang khusus melayani orang-orang yang akan menjalani tes HIV. Di klinik ini tes HIV didahului dengan konseling dan berjalan secara sukarela. Setelah tes apa pun hasilnya tetap ada konseling.

Kedua, dalam mata rantai epidemi HIV/AIDS klinik VCT ada di hilir. Artinya, Pemkab Natuna, Kepulauan Riau, membiarkan penduduknya tertular HIV dahulu baru dianjurkan menjalani tes HIV.

Ketiga, penularan HIV terjadi antara orang ke orang lain melalui berbagai cara yang sangat khas, seperti hubungan seksual, sehingga klinik VCT tidak bisa mencegah penularan HIV.

Maka, judul berita ini benar-benar menjungkirbalikkan akal sehat karena sama sekali bertentangan dengan fakta. Ketika informasi HIV/AIDS yang akurat sudah banjir, ternyata tetap saja ada wartawan dan redaktur yang ‘buta’ tentang informasi HIV/AIDS. Akibatnya, berita HIV/AIDS pun sama sekali tidak bisa diharapkan untuk mendorong partisipasi masyarakat dalam menanggulangi penularan HIV/AIDS.

Data kasus HIV/AIDS di Kabupaten Natuna dalam berita disebutkan 75. Tapi, perlu diingat angka ini hanya kasus yang terdeteksi sehingga tidak menggambarkan kasus yang sebenarnya di masyarakat.

Di bagian lain dalam berita disebutkan oleh Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Pemkab Natuna, Erson Gempa bahwa pelayanan kesehatan yang mendapat perhatian adalah penyebaran penyakit yang disebabkan oleh HIV.

Tidak ada penyakit yang disebabkan oleh HIV. Orang-orang yang tertular HIV akan masuk masa AIDS, secara statistik antara 5-15 tahun setelah tertular HIV. AIDS di sini bukan penyakit tapi kondisi pengidap HIV yang ditandai dengan kerentanan terhadap penyakit sehingga mudah sakit. Penyakit-penyakit yang muncul di masa AIDS pada pengidap HIV/AIDS disebut infeksi oportunistik, seperti TB, jamur, diare, dll.

Disebutkan pula “Penularan HIV/Aids di Natuna sangat mengkhawatirkan, meski di Natuna tidak terdapat lokalisasi penjaja seks komersial.” Ini menunjukkan pemahanan terhadap HIV/AIDS yang masih tetap sebatas mitos (anggapan yang salah) karena tidak ada kaitan langsung antara lokalisasi penjaja seks komersial dengan penularan HIV. Di negara-negara yang sama sekali tidak ada hiburan malam dan pelacuran kasus HIV/AIDS tetap banyak terdeteksi. Arab Saudi, misalnya, sampai Desember 2015 sudah melaporkan 21,761 kasus AIDS yang terdiri atas 6.334 warga Arab Saudi dan 15.427 warga non-Arab Saudi (saudigazette.com.sa, 2/12-2015). Bayangkan, itu baru kasus AIDS sehingga kasus HIV-positif kelak akan sampai pada kondisi AIDS sehingga jumlah kasus akan bertambah banyak.

Pemahaman yang tidak akurat terkait epidemi HIV/AIDS kembali terlihat dari pernyataan ini: Namun sejak menjamurnya tempat karaoke remang-remang menjadi salah satu penyebab penularannya tidak terkontrol.

Penyebaran HIV/AIDS melalui hubungan seksual tidak hanya terjadi melalui hubungan seksual di pelacuran dan hiburan malam.  Risiko penyebaran HIV/AIDS bisa saja melalui hubungan seksual di dalam nikah (kawin-cerai, kawin kontrak, dll.) dan di luar nikah (ganti-ganti pasangan dan dengan pekerja seks komersial/PSK).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline