Lihat ke Halaman Asli

Syaiful W. HARAHAP

TERVERIFIKASI

Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Nasib Mereka yang Tertular HIV*

Diperbarui: 15 Desember 2023   06:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok Pri

Darah putrinya baru diambil pagi hari oleh dokter puskesmas untuk diperiksa di laboratorium, tapi sore harinya sudah ada berita di koran tentang penyakit anaknya itu.

Itulah yang membuat keluarga Kartam, penduduk Cibuaya, Kab Karawang, Jabar, pusing tujuh keliling.

Pengambilan darah itu pun menurut petugas yang datang ke rumahnya karena putrinya baru pulang dari seberang (maksudnya Prov Riau, khusunya Riau Keplauan).

Tampaknya, pengambilan darah itu sendiri bertolak dari pemberitaan beberapa koran yang terbit hari itu tentang pemulangan tiga wanita asal Karawang oleh Pemda Prov Riau. Ketiga wanita itu dinyatakan seropositif (tertular virus HIV/AIDS) berdasarkan pemeriksaan terhadap wanita-wanita berisiko tinggi yang bekerja di kawasan Riau Kepualuan.

Pemberitaan di koran itu pulalah yang menjadi awal melapetaka yang tidak berkesudahan yang dialami keluarganya sampai hari ini. Rupanya, dalam berita tersebut disebutkan Mh, 21 tahun, putri sulung Kartam, mengidap virus HIV/AIDS.

Mh dan dua penduduk Karawang lainnya (Am penduduk Desa Jorang Mekarpohaci, Kec Tempuran, dan NY penduduk Kp Keceot, Tanjungpura) divonis seropositif setelah diperiksa Dinas Kesehatan Riau sekitar Agustus 1993.

Dinas Kesehatan Riau memeriksa wanita-wanita berisiko tinggi (pelacur dan wanita-wanita penghibur), tapi kepada “Mutiara” Mh bekerja sebagai pembantu rumah tangga di rumah Romlah, tetangganya di Cibuaya, di Tanjung Batu, Kab Riau Kepulauan, Prov Riau.

Hari-hari berikutnya silih berganti yang dating ke rumahnya, semuanya mencibir dan mencaci-maki. “Jangan dekat-dekat nanti nepa (tertular-Red.),” kata penduduk di sana kepada anak-anaknya yang lewat di depan rumah Mh.

Tidak sedikit pula orang lewat di depan rumahnya hanya untuk melihat mereka dari dekat dan mencibir. Aparat-aparat dari berbagai instansi menuding putrinya membikin malu daerah, anak-anak muda mencercanya sebagai penyebar maut.

Bahkan, seorang polisi dengan berkacak pinggang di depan rumah Kartam memaki-maki Mh: “Kami datang ke sini hanya menularkan penyakit.”

Rupanya, Pak Polisi tadi menuduh Mh sebagai pelacur. Ini pulalah yang membuat Kartam naik pitam, tapi ia hanya mengurut dada. “Kalau ketika itu saya tidak sakit akan saya lawan biar pun dia polisi karena menuduh anak saya pelacur,” kata Kartam dengan terbata-bata menahan tangis.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline