Lihat ke Halaman Asli

Syaiful W. HARAHAP

TERVERIFIKASI

Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Dibanding PSK, Ibu Rumah Tangga Lebih Banyak yang (Berisiko) Tertular HIV/AIDS

Diperbarui: 24 Juni 2015   04:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13864486552071494837

Tanggapan Berita (7 Desember 2013) – ”Ahok: Ibu Rumah Tangga Lebih Rentan Kena HIV/AIDS daripada PSK.“ Ini judul berita di liputan6.com (6/12-2013).

Pernyataan Wagub Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, yang akrab disapa Ahok, itu tidak tepat. Yang pas adalah ibu rumah tangga lebih banyak berisiko tertular HIV daripada PSK karena seorang PSK melayani tiga sampai lima laki-laki setiap malam (Lihat Gambar 1).

Kalau ada di antara tiga sampai lima laki-laki yang melacur tanpa kondom itu suami, maka jika ada di antara suami-suami itu yang tertular HIV/AIDS mereka akan menularkan HIV/AIDS kepada istrinya.

Itu artinya seorang PSK berisiko menularkan HIV kepada tiga sampai lima laki-laki setiap malam. Kita tinggal menghitung-hitung saja. Misalnya, kalau di Jakarta ada 1.000 PSK (PSK langsung dan PSK tidak lansung), maka setiap malam ada 3.000 – 5.000 laki-laki yang berisiko tertular HIV. Jika separuh dari laki-laki itu beristri, maka ada 1.500 – 2.500 istri yang berisiko tertular HIV dari suaminya.

Disebutkan oleh Ahok: "Ibu rumah tangga 5 kali lebih sering terjangkit virus HIV/AIDS daripada PSK sendiri."

Pernyataan di atas juga tidak pas, karena seorang istri hanya melayani seorang suami, sedangkan seorang PSK melayani tiga sampai lima laki-laki setiap malam.

13864487651708841500

Masih menurut Ahok, untuk mencegah penyebaran penyakit HIV/AIDS agar tidak berlanjut. Semua warga DKI Jakarta, harus bersedia ikut dalam test untuk mengetahui apakah warga tersebut terjangkit HIV atau tidak.

Nah, ini Pak Ahok. Tes HIV itu ada di hilir. Artinya, Anda menunggu dulu ada warga Jakarta yang tertular HIV (di hulu). Ini merupakan pembiaran terhadap warga Jakarta.

Yang perlu Anda lakukan adalah menutup ’pintu masuk’ HIV/AIDS ke Jakarta, al. mencegah agar tidak ada laki-laki dewasa yang tertular HIV melalui pelacuran.

Persoalannya adalah: pelacuran di Jakarta tidak ada yang diregulasi berupa lokalisasi sehingga tidak bisa dilakukan intervensi berupa program yang mengikat secara hukum.

Selain itu pelacuran tidak langsung dan di luar Jakarta pun jelas tidak bisa dijangkau (Lihat Gambar 2).

Untuk itulah Pemprov DKI Jakarta harus menjalankan intervensi berupa program tes HIV kepada perempuan hamil karena ada kemungkinan suami mereka mengidap HIV/AIDS, al. melalui kegiatan pada Gambar 2. Jika perempuan hamil terdeteksi mengidap HIV/AIDS, maka dijalankan program pencegahan dari-ibu-ke-bayi yang dikandungnya.

13864489501337138643

Yang bisa dilakukan Pemprov DKI Jakarta adalah menurunkan insiden infeksi HIV baru, terutama pada laki-laki melalui program kondom di pelacuran. Itu artinya pelacuran harus diregulasi melalui lokalisasi agar intervensi bisa dijalankan secara efektif (Lihat Gambar 3).

Persoalaannya adalah tidak ada kemungkinan (lagi) melokalisir pelacuran. Maka, yang terjadi adalah kejadian pada Gambar 2.

Jika yang di Jakarta adalah terjadi kejadian seperti pada Gambar 2, maka Pemprov DKI Jakarta tinggal menunggu waktu saja untuk menghadapi ’ledakan AIDS’.***

- AIDS Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap

[Sumber: http://www.aidsindonesia.com/2013/12/dibanding-psk-ibu-rumah-tangga-lebih.html]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline