Lihat ke Halaman Asli

Syaiful W. HARAHAP

TERVERIFIKASI

Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

AIDS Bukan Wabah

Diperbarui: 15 Juni 2018   15:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (Sumber: edmilsonbritorodrigues.com.br)

“Provinsi Jawa Tengah telah menjadi daerah pandemi HIV-AIDS, dengan posisi naik dua peringkat dalam daftar provinsi dengan kasus HIV-AIDS terbanyak.” Ini pernyataan Ketua Komisi Penanggulangan HIV-AIDS (KPA) Jawa Tengah, Rustriningsih (Jawa Tengah Jadi Daerah Pandemi HIV-AIDS (www.pikiran-rakyat.com, 1/7-2012).

Dikabarkan penyebaran dan perkembangan HIV/AIDS di Jawa Tengah sudah sangat memprihatinkan karena sejak tahun 1993 sampai Maret 2012 sudah hampir 5.000 kasus HIV/AIDS yang terdeteksi.

Kasus HIV/AIDS baru yang terus terdeteksi merupakan kasus yang sudah ada di masyarakat. Jika kasus HIV/AIDS terdeteksi pada masa AIDS (sudah ada penyakit terkait dengan HIV/AIDS, seperti ruam, sariawan, jamur di rongga mulut, diare, dan TBC) berarti ybs. sudah tertular HIV antara 5 – 15 tahun sebelumnya. Kalau terdeteksi sebelum masa AIDS, maka minimal sudah tertular HIV tiga bulan sebelumnya.

Rustriningsih mengatakan bahwa HIV/AIDS di Jateng sebagai pandemi. Pernyataan ini tidak akurat karena pandemic adalah wabah yaitu penyakit yang berjangkit serempak di berbagai tempat yang meliputi wilayah yang luas. Ini terjadi al. karena penyakit tsb. ditularkan melalui udara, air, atau makanan.

Sedangkan HIV sebagai virus menular melalui cara-cara yang sangat khas. Selain itu dalam jumlah yang bisa ditularkan HIV hanya terdapat dalam darah, air mani, cairan vagina, dan air susu ibu (ASI).

Nah, empat cairan itu hanya terdapat dalam tubuh manusia. Maka, penularannya pun erat kaitannya dengan perilaku manusia, tapi merupakan perilaku orang per orang bukan kalangan atau kelompok.

Maka, pertanyaan untuk Rustriningsih adalah: Apakah Anda bisa menjamin tidak ada laki-laki dewasa penduduk Jateng yang melacur atau melakukan ‘seks bebas’ tanpa kondom di wilayah Jawa Tengah atau di luar wilayah Jawa Tengah?

Kalau jawabannya BISA, maka hubungan seksual tidak menjadi faktor risiko penularan HIV di Jateng. Penularan HIV melalui cara lain, seperti jarum suntik pada penyalahguna narkoba (narkotik dan bahan-bahan berbahaya) yang dipakai berganti-ganti, serta transfusi darah.

Tapi, kalau jawabannya TIDAK BISA, maka penyebaran HIV/AIDS di Jateng didorong oleh hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.

Persoalannya adalah pemerintah daerah di Jateng mengabaikan (praktek) pelacuran dengan alas an di daerahnya tidak ada lokalisasi pelacuran. Ini yang menyesatkan karena biar pun tidak ada lokalisasi pelacuran praktek pelacuran terjadi di sembarang tempat dan sembarang wakt di wilayah Jateng.

Regulasi pelacuran dalam bentuk lokalisasi merupakan salah satu faktor yang bisa mendorong penyebaran HIV/AIDS, tapi bisa pula sebagai tempat untuk menanggulangi penyebaran HIV/AIDS.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline