Lihat ke Halaman Asli

Syaiful W. HARAHAP

TERVERIFIKASI

Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

HIV/AIDS di Kab Brebes, Jateng, ‘Efek Negatif Peradaban Modern’

Diperbarui: 25 Juni 2015   05:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Efek negative peradaban modern, memicu berkembangnya penyakit seks menular seperti HIV/Aids.”Ini pernyataan dr Rasipin saat menyampaikan saresehan Kelompok Pusat Informasi dan Konsultasi (PIK) dan Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) di Aula Kwartir Cabang (Kwarcab) 11.29 Brebes, Jawa Tengah (Waspadai, HIV/Aids, brebeskab.go.id, 8/5-2012).

Pernyataan dr Rasipin di atas jelas merupakan mitos (anggapan yang salah) tentang HIV/AIDS.

Pertama, tidak ada kaitan antara peradaban (modern) dengan penularan HIV. Hubungan seksual merupakan bagian dari kehidupan manusia sejak zaman puerbakala.

Kedua, peradaban modern tentulah membawa orang berpikir realistis untuk mencegah penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual. Tapi, yang terjadi justru sebaliknya. Banyak orang, terutama laki-laki ’hidung belang’, yang tidak mau memakai kondom pada hubungan seksual yang berisiko, tertuma dengan pekerja seks.

Ketiga, penyebaran HIV, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah terjadi karena banyak orang yang tidak menyadari dirinya sudah mengidap HIV/AIDS.

Memberikan mitos kepada remaja sangatlah buruk karena mereka tidak memahami cara-cara penularan dan pencegahan HIV yang konkret.

Seperti yang dilakukan oleh Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan (BKBPP) Brebes ini, misalnya. Remaja sudah dicekoki dengan mitos sehingga kelak perilaku mereka akan berisiko karena mereka tidak mendapatkan informasi yang akurat.

Menurut dr Rasipin: “Kehidupan remaja masih labil, tetapi harus memantapkan langkah dengan menghindari segala tindak negative.”

Jika dikaitkan dengan kasus HIV/AIDS, maka mata rantai penyebaran HIV/AIDS justru banyak dilakukan oleh kalangan laki-laki dewasa, yaitu (a) menularkan HIV kepada pekerja seks, dan (b) menularkan HIV kepada istri.

Kasus-kasus HIV/AIDS pada ibu rumah tangga dan bayi menunjukkan perilaku seksual laki-laki dewasa yang sering melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan pekerja seks.

Kasus kumulatif HIV/AIDS di Brebes tercatat 58 dengan 2 kematian.

Ada pernyataan: ”Yang bikin aneh, ditahun 2012 sepanjang bulan Januari-April telah ditemukan 12 orang pengidap HIV/Aids, HIV 10 dan Aids 2 orang.”

Ini yang aneh penemuan kasus HIV/AIDS atau wartawan yang menulis berita ini. Tidak ada yang aneh jika ada kasus HIV/AIDS terdeteksi. Itu merupakan konsekuensi logis dari perilaku penduduk Brebes yang berisiko tertular HIV.

Informasi HIV/AIDS yang komprehensif sudah tersebar luas, tapi di Brebes ternyata pemahaman terhadap HIV/AIDS masih seperti tiga dekade yang lalu. ***[Syaiful W. Harahap]***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline