Lihat ke Halaman Asli

Syaiful W. HARAHAP

TERVERIFIKASI

Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

AIDS pada Industri Film Porno

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kasus dugaan tertular HIV pada seorang pemeran film porno di AS melalui tes HIV akhirnya tidak terbukti setelah ybs. menjalan tes kedua. Hasil tes kedua menunjukkan ybs. tidak tertular HIV (Tes HIV Negatif, Industri Film Porno AS Tumbuh Lagi, okezone.com, 5/9-2011).

Terkait dengan tes HIV dikenal ada negatif palsu yaitu hasil tes yang non-reaktif karena reagent yang dipakai untuk tes tidak mendeteksi antibody HIV di dalam darah. Artinya, yang bersangkutan sudah mengidap HIV tapi tidak terdeteksi. Ini terjadi karena antibody HIV pada orang yang tertular HIV baru bisa dideteksi minimal tiga bulan setelah terdeteksi.

Jika hasil tes negatif palsu tidak dikonfirmasi maka ybs. akan menjadi mata rantai penyebaran HIV karena ybs. merasa tidak mengidap HIV.

Konfirmasi pada tes HIV negatif palsu harus dilakukan jika perilaku seksual yang bersangkutan berisiko tertular HIV, yaitu sering melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang berganti-ganti atau dengan yang sering bergant-ganti pasangan.

Terkait dengan pemeran film porno tes konfirmasi perlu jika adegan dilakukan dengan pasangan yang berganti-ganti atau dengan yang sering berganti-ganti pasangan.

Ada pula positif palsu yaitu hasil tes yang reaktif karena reagent yang dipakai untuk tes ‘mendeteksi’ antibody HIV. Padahal, tidak ada HIV di dalam darah. Ini bisa terjadi karena reagent tes HIV mendeteksi antibody yang mirip dengan antibody HIV.

Jika ybs. tidak pernah melakukan perilaku berisiko tertular HIV, maka diperlukan tes konfirmasi untuk memastikan hasil tes positif palsu tsb. Biar pun perilaku ybs. berisiko tertular HIV tetap diperlukan tes konfirmasi.

Jika tidak dilakukan tes konfirmasi maka orang-orang yang hasil tes HIV-nya reaktif akan dirugikan karena bisa saja hasil tes tsb. positif palsu.

Maka, setiap tes HIV harus dikonfirmasi dengan tes lain agar hasilnya akurat. Atau bisa juga jika hasil tes negatif tes lagi tiga bulan kemudian.

Terkait dengan pemeran film porno tsb. hasil tes negatif melalui tes konfirmasi tidak menjadi jaminan dia akan bebas HIV/AIDS karena jika adegan hubungan seksual dia lakukan dengan pemeran yang berganti-ganti maka ada risiko tertular HIV.

Tes HIV dianjurkan kepada:

(a). Laki-laki dan perempuan dewasa yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual tanpa kondom, di dalam dan di luar nikah, dengan pasangan yang berganti-ganti di wilayah sendiri dan di luar wilayah serta di luar negeri.

(b). Laki-laki dewasa yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual tanpa kondom, di dalam dan di luar nikah, dengan yang sering berganti-ganti pasangan, seperti pekerja seks komersial (PSK) langsung (PSK di jalanan, cafe, pub, tempat hiburan, panti pijat, lokasi dan lokalisasi pelacuran, losmen, hotel melati dan hotel berbintang) dan PSK tidak langsung (’anak sekolah’, ’mahasiswi’, ’cewek SPG’, ’cewek pemijat’, ’ibu-ibu rumah tangga’, ’ABG;, dll.), serta perempuan pelaku kawin-cerai di wilayah sendiri dan di luar wilayah serta di luar negeri.

Sayang, materi komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) HIV/AIDS di Indonesia selalu bibumbui dengan moral sehingga fakta terkait dengan penularan dan pencegahan HIV tidak akurat. Akibatnya, banyak orang yang tidak menyadari perilakunya berisiko tertular HIV. ***[Syaiful W. Harahap]***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline